LIWA (Lampungpro.co) : Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Lampung, melaksanakan kegiatan CSR Trip Episode Lampung Barat, Senin-Selasa (21-22/2/2022) di Kabupaten Lampung Barat. Pimpinan kegiatan Adi Susanto menjelaskan, selain melakukan kegiatan penyerahan dan penanaman bibit pohon tanaman buah-buahan, acara ini juga ditujukan untuk melihat potensi daerah Lampung Barat dan memberi ide bagi perusahaan-perusahaan dalam menyusun program CSR.
Adi mengatakan rangkaian kegiatan diawali dengan upaya untuk mengetahui prioritas pembangunan Kabupaten Lampung Barat dengan mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan yang diselenggarakan di Kecamatan Skala Bekhak. Dan kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, serta penyerahan bibit bantuan untuk dibagikan di kecamatan-kecamatan.
Selanjutnya, rombongan melakukan diskusi dengan Forum CSR Lampung Barat yang baru terbentuk di tahun 2019. Diskusi dilakukan untuk berbagi pengalaman tentang pelaksanaan CSR di perusahaan masing-masing dan menyamakan persepsi terhadap pengertian CSR.
Hadir dalam acara itu Asisten 3 Ismet Inoni dan Kepala Bapeda Lampung Barat Agustanto Basmar beberapa Kepala Dinas, OPD, Camat, dan para pelaku usaha yang tergabung dalam Forum CSR Kabupaten Lampung Barat. Rombongan juga menikmai keasrian Kebun Raya Liwa yang berlokasi di dekat Rumah Dinas Bupati Lampung Barat.
Dinginnya udara dengan selimut kabut berubah menjadi kehangatan yang menyenangkan saat rombongan berbincang santai dengan Bupati Lampung Barat H. Parosil Mabsus di Rumah Dinas sambil menikmati suguhan soto dan makanan ringan. "Bupati mengapresiasi kunjungan Forum CSR dan menyampaikan kesiapan Pemkab Lambar dalam memfasilitasi program-program CSR dari berbagai perusahaan. Terutama dibidang literasi, konservasi, dan Tangguh Bencana," ucap Adi dalam rilisnya, Rabu (23/2/2022).
Ketua Forum CSR Lampung V. Saptarini mengatakan dunia telah menyadari bahwa banyak masalah yang tidak bisa diatasi sendirian. "Menanggulangi masalah kerusakan lingkungan, kemiskinan, pendidikan tidak bisa diatasi oleh masing-masing bangsa. Sehingga PBB meluncurkan Sustainable Development Goals atau SDGs," kata Saptarini sapaan akrabnya.
Lanjut, Dia juga menerangkan negara-negara di dunia berkomitmen untuk menanggulangi hal tersebut bersama-sama termasuk Indonesia. Beragam masalah yang kemudian dijadikan tujuan bersama dalam SDGs, termasuk kerusakan lingkungan, kemiskinan pendidikan dan kesehatan juga mengancam keberlanjutan bisnis.
"Ketersediaan bahan baku produksi akan terancam manakala lingkungan rusak, daya beli konsumen akan terus menurun manakala kemiskinan dan kesehatan tidak teratasi. Edukasi produk tidak bisa optimal manakala tingkat pendidikan rendah. Selama ini semua perusahaan yang bertanggungjawab telah melaksanakan program CSR, namun seringkali tidak tuntas dan hasilnya tidak tercapai karena perusahaan hanya memfokuskan pada satu bidang," urai Saptarini.
Kemudian, pemberdayaan Usaha Kecil. menengah (UKM) atau desa binaan yang diharapkan bisa mengangkat kesejahteraan dilakukan sepotong-sepotong. Hanya fokus pada pelatihan, atau pada pendampingan produksi atau pada pemasaran atau pada pengucuran dana atau bantuan mesin produksi.
Menurutnya, UKM yang dibina potensial tidak berkembang optimal bahkan tutup begitu selesai program. Demikian juga dengan kesehatan, sebagian membantu edukasi, sebagian membantu sarana prasarana ada yang membuat program bersih-bersih, kemudian selesai. Pencapaian hasil tidak optimal karena kebanyakan melaksanakan program CSR sendiri-sendiri dan tidak menyampaikan laporan pada pemerintah daerah.
Selanjutnya, Ketua Pusat Studi CSR UBL ini menyampaikan, bahwa Sinergi CSR agar program menjadi tuntas, seharusnya menjadi trend pola pelaksanaan program ditahun 2022. "Jika dunia bisa bersatu untuk mensukseskan pencapaian SDGs, maka perusahaan yang mempunyai kepentingan besar disana juga bisa melakukannya," ujar Rini.
Rini menyampaikan contoh sederhana, bagi perusahaan yang fokus pada pelestarian lingkungan, maka bersama-sama dengan pemerintah daerah, menetapkan lokasi prioritas sebagian perusahaan dapat memberikan bibit pohon, sebagian membantu pupuk, ada paranet, ada dukungan perawatan. "Bagi perusahaan yang fokus CSR nya pada kesehatan dan pendidikan pun demikian, perusahaan-perusahaan ini dapat duduk bersama dengan pemerintah menetapkan prioritas penerima program dan memilih sendiri bidang yang akan didampingi sesuai dengan fokus CSR perusahaan. Dari beberapa praktek sinergi yang dilakukan, pelaksanaan program secara 'kroyokan' ini sama sekali tidak mengganggu publikasi atau pencitraan perusahaan yang selama ini menjadi salah satu alasan keengganan kolaborasi," ungkapnya.
"Namun, dengan Sinergitas ini justru menguatkan kepercayaan bahwa perusahaan melakukan program dengan sungguh-sungguh, peduli pada hasil dan tidak untuk formalitas atau mencari popularitas semata. Akademisi bisa mengambil peran untuk melakukan pemetaan dan pengukuran hasil," tambah Rini.
Rini salah satu dewan pengurus ICSP (Institute of Certified Sustainabiity Practitioners) nasional ini selanjutnya menegaskan bahwa CSR tidak bisa dipaksakan, karena CSR merupakan konsekuensi logis dari pada keberadaan bisnis sebagai upaya perusahaan untuk menjaga keberlanjutan atau sustainability sesuai dengan fokus bisnis masing-masing perusahaan dan sifatnya telah diatas ketentuan peraturan perundang-undangan. Program CSR juga bukan charity semata, namun dapat disusun dengan memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan perusahaan, termasuk kepentingan perusahaan dan para pemegang sahamnya.
Rini sangat mengapresiasi para pimpinan daerah yang memahami konsep ini. Tidak memberikan pemaksaan, namun sebaliknya memberikan apresiasi, memfasilitasi agar semakin banyak perusahaan berani mengekspose program CSR nya, menyampaikan laporan kegiatan dan bersinergi dengan pemerintah, akademisi dan pihak terkait, sehingga program CSR bisa tepat sasaran, membuahkan hasil dan membantu mengatasi masalah secara tuntas.
Selanjutnya sebagai upaya mempromosikan wisata daerah, rombongan juga diajak menyaksikan keindahan objek wisata Lampung Barat seperti bawang bakung dan melakukan penanaman pohon di Kahati Danau Ranau. Bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Saptarini mengapresiasi upaya Dinas Lingkungan hudup, Dinas Perikanan dan Kecamatan Lumbok Seminung yang melakukan upaya bersih-bersih sekitaran Danau Ranau.
Kegiatan ini diikuti rombongan dari berbagai jenis perusahaan seperti PT Nestle Indonesia Pabrik Panjang, Coca Cola Europacific Partners, PT KNA, Gunung Madu Plantations (GMP), PT Konverta Mitra Abadi, Griyacom, JNE, Tunas Dwipa Matra, HGNS, BNI, Lambang Jaya, dan Adiyatama. (***)
SUMBER : Rilis Forum CSR Lampung
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
19942
Bandar Lampung
10480
Gerbang Sumatera
5596
Lampung Barat
4970
Gerbang Sumatera
4313
1301
11-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia