Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Indonesia Rawan Gempa, Gunung Krakatau Pernah Tewaskan 35 Ribu Orang Lebih
Lampungpro.co, 03-Oct-2018

Erzal Syahreza 1821

Share

Gempa Bumi, Gunung Krakatau, Tsunami, Gempa Donggala, Gempa palu, tsunami aceh, gempa sulawesi

Dan bencana yang masih lekat dalam ingatan adalah Tsunami Aceh 2004. Lindu 9,1 SR memicu gelombang raksasa yang menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Sebanyak 230 ribu orang meninggal dunia karenanya. Dengan menggunakan catatan sejarah dan pengukuran geologis, para ilmuwan bisa mengetahui potensi gempa di sebuah wilayah.

Namun, belum ada alat dan teknologi di dunia yang mampu secara akurat dan presisi memprediksi kapan lindu akan terjadi dan berapa kekuatannya. "Jika ada pendapat yang menyatakan mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi beserta kekuatan magnitudonya, bisa dipastikan itu adalah hoaks," ujar Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, di gedung LIPI Jakarta Selatan, Selasa (2/10/2018).

Tak ada pilihan lain bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan bencana kecuali bersiap. Lantas, bagaimana dengan kesiapan warga Indonesia? "Secara umum masyarakat dan pemda belum siap menghadapi bencana-bencana besar," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (2/10/2018).

Dia menegaskan, tingkat kesadaran bencana masyarakat Indonesia masih rendah. Kendati pengetahuan mengenai bencana alam meningkat sejak peristiwa tsunami Aceh. "Saya tahu tsunami, saya tahu banjir tapi belum menjadi perilaku sehari-hari yang kita kenal sebagai budaya. Dan dalam praktiknya, mitigasi bencana belum jadi prioritas," ujar dia.

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) Daryono. Menurut dia, mitigasi bencana belum dilakukan secara serius. "Kalau mitigasi dilakukan serius, enggak ada yang meninggal karena gempa. Kayak di Jepang, gempa 7 SR biasa. Yang meninggal 1 orang, rumah masih utuh paling retak saja," ujar dia, Selasa (2/10/2018).

Dia mengungkapkan, mitigasi di Indonesia berjalan setengah hati. Sehingga tak heran, bencana yang datang terus menelan banyak korban jiwa maupun material lainnya. "Sekarang ini kan mitigasi kayak main-main, setengah hati. Jadi kalau ini dibiarkan terus, maka semakin ke sana akan banyak yang meninggal dan yang dirugikan," ujar Daryono.

Namun begitu, lanjut dia, proses mitigasi bencana masih dilakukan. Pemerintah telah berupaya mengatasinya dengan beragam program agar masyarakat dapat sadar terhadap bencana. "Proses itu tidak seperti membalikkan telapan tangan. Tidak mudah. Perlu waktu dan dana juga. Jadi kalau Indonesia, level teknologi monitoring bencananya sudah bagus. Orang mengerti gempa juga banyak, riset-riset soal gempa juga sudah banyak," jelas dia.

1 2 3 4 5 6 7

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
TPA Sampah Bakung Disegel, Pemkot Bandar Lampung...

Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...

281


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved