BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Safari dakwah Ustad Abdul Somad di Denpasar, Bali, diwarnai protes dari ormas Komponen Rakyat Bali (KRB). Namun, dakwah Ustad Somad di Denpasar berlangsung aman.
Melalui berbagai jaringan media sosial, Minggu (10/12/2017), Abdul Somad, menyampaikan kronologi peristiwa tersebut. "Mereka masih memunculkan berita-berita di medsos bahwa saya menolak ikrar karena benar anti NKRI. Jamaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor. Saya sampaikan ini fitnah," kata Abdul Somad.
Dia meninggalkan Denpasar, Minggu (10/12/2017) pagi selepas shalat shubuh menuju didampingi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa, dan Kepolisian menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai. Menurut dia, semua honor di Bali dikembalikan ke Ketua Panitia.
"Kami orang Riau walau tidak kaya, masih tumbuh sebatang dua batang pokok sawit yang menghantarkan kami ke Kairo tahun 1998 saat 1 dolar Rp20 ribu, karena ongkos dibebankan ke siswa. Harap diambil tindakan hukum terhadap mereka yang merusak kebinekaan yang terjaga di Bali selama ini," kata dia.
Abdul Somad yang akan tampil pada tablig akbar di Lapangan Saburai, Enggal, 12 Desembe2 2017, menyebutkan kehadiran Raja Bali Dr. Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada tablig akbar, Sabtu (9/12/2017) malam membuktikan para prokator ini tidak mewakili rakyat Bali.
Dia meminta agar muslim Bali membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga interen dan eksteren tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa mendatang. "NKRI harga mati," kata Abdul Somad.
Berikut kronologi insiden tersebut:
1.Kamis, 7 Desember 2017
Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB (Komponen Rakyat Bali) menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan. Saya menolak karena:
A.Saya bukan pemberontak.
B.Saya tdk terdaftar di ormas terlarang.
C.Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia thn 1998 setelah lulus Pancasila dan P4.
Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila. Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil.
2. Kamis, pukul 22.15
Saya WA Ketua Panitia :
"Pak, kalau mereka tetap meminta saya ikrar kebangsaan. Saya tidak hadir".
Pak Ketua Panitia menjawab: "Kita masih dialog dengan Polda".
3. Jumat, 8 Desember 2017
Jam: 00.15
Saya WA ketua Panitia ;"Bagaimana Pak, sudah ada keputusan?" Pukul 04:17, WA Ketua Panitia masuk "Kami koordinasikn ke berbagai pihak, tafadh-dhol ust ut berangkat...".Saya fahami dari WA ini bahwa masalah clear.
4. Jumat pukul 13.00 kami sudah menunggu pak Nadlah di airport Denpasar Bali.
Kami dibawa ke hotel Aston. Makan dan istirahat.
5. Jumat pukul 16:00, Saya dibangunkan. Saya curiga akan disidang. Saya minta tim beli tiket. "Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan, Kelihatannya kita dijebak". Saya dibawa ke salah satu ruang di Hotel Aston. Di sana sudah menunggu sekitar 10-15 orang. Mereka meminta saya berikrar.
Saya klarifikasi bahwa semua yg dituduhkan ke diri saya adalah fitnah. Karena saya menolak berikrar mereka melontarkan kata-kata tidak layak. "Ngeles!", "Seperti PKI", "Panitia mendatangkan ustad otak SD", "Pulangkan saja!", dll. Saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke airport.
6. Sekitar pukul 17:00
Ketua PW NU Bali yg dari awal mendampingi menangis memikirkan apa yg akan terjadi kalau saya pulang. Dari pihak Aston menyampaikan bahwa situasi tidak terkendali, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seorang Bapak polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel krn pintu depan tidak terkendali.
Kapolres dan Dandim masuk. Meminta agar mempertimbangkan, selamatkan umat. Di masjid An-Nur ada 5000-an jamaah yang siap datang ke Aston. Di Aston memanas. Suasana mencekam.
7. Sekitar puku 18:00
Bismillah. Saya dan semua yg ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera,dicium semua yg ada di ruangan. Keluar ruangan menuju loby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh.
Pengawalan ketat. Pengunjuk rasa tetap berteriak: "Nyanyikan dari hati. Jangan di mulut saja!". Menyanyikan Indonesia Raya. Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat tangan saya, Usai. Kembali ke kamar.
8. Selepas Isya. Menuju masjid an-Nur. Ceramah 100 menit. Jamaah antusias. Kembali ke hotel. TvOne minta livecall jam 22.00 WIB. Saya sampaikan untuk menenangkan netizen yang heboh. "Saya dalam keadaan aman. Sudah tabligh akbar. Sudah di hotel".
9. Sabtu 9 Desember 2017
#Kajian shubuh di masjid Baiturrahmah berjalan lancar. Sehari penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel. Menjelang maghrib hadir PW NU, Muhammadiyah, MUI Bali, GNPF. Bakda Isya ke Masjid Baiturrahmah tabligh Akbar terakhir. (PRO1)
Berikan Komentar
Ini adalah refleksi tajam terhadap etos kerja jurnalisme lapangan,...
726
195
09-Jun-2025
227
09-Jun-2025
735
09-Jun-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia