Ibunda saya pernah berkata, “Dodol dan wajik bukan cuma untuk dimakan, tapi untuk dikenang.” Karena dari bahan dasar yang sama, yang diolah dengan penuh kesungguhan, lahirlah dua bentuk yang berbeda namun sama-sama manis. Seperti manusia yang berbeda sifat namun tetap bisa menyatu dalam satu keluarga.
Di meja-meja Lebaran di pelosok Lampung, dua penganan ini masih setia hadir. Ia tak hanya memanggil selera, tapi juga memanggil ingatan.
Bukan sekadar sajian, tapi pesan dari generasi ke generasi bahwa hidup ini butuh kesabaran. Kemudian, cinta selalu butuh diaduk agar tetap hangat.
Kini, meski zaman berubah, kenangan itu tetap hidup. Dan kabar baiknya: kita tak perlu lagi bersusah payah membuatnya sendiri.
Di berbagai toko oleh-oleh khas Lampung, wajik dan dodol tersedia dengan mudah. Cita rasanya tetap otentik, bahkan kini hadir dalam beragam varian: dodol pandan yang harum, dodol durian yang legit, hingga rasa-rasa modern yang tetap menjaga keaslian. Sentuhan masa kini pada rasa masa lalu.
Tradisi memang tak harus selalu dibuat sendiri. Kadang cukup dikenang, dinikmati, dan dibagi dalam bentuk yang baru.
Pantas saja jika banyak orang berkata:, 'Lampung memang diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum.” Karena setiap sudutnya menyimpan rasa, setiap makanannya menyimpan makna.
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
15483
EKBIS
8020
Bandar Lampung
5408
220
02-Apr-2025
1413
02-Apr-2025
584
02-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia