Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Malam ini Ki Enthus Bawakan Lakon Cupu Manik Astagina di Mulyojati Metro
Lampungpro.co, 07-Jul-2017

Amiruddin Sormin 8268

Share

METRO (Lampungpro.com): Ki Enthus Susmono membawakan lakon 'Cupu Manik Astagina' pada sosialisasi calon gubernur Lampung Arinal Djunaidi di Lapangan Mulyojati 16C, Kota Metro, Jumat (7/7/2017) malam ini. Cupu Manik Astagina adalah sebuah pusaka dewa yang diberikan Batara Surya kepada Dewi Indradi.

Dikisahkan ada resi sakti mandraguna bernama Gutama yang tinggal di Pertapaan Agrastina. Berbekal kesaktiannya, Resi Gutama pernah membantu para dewa menyelamatkan kahyangan, dan atas jasanya ini, Batara Guru menghadiahi sang resi seorang bidadari bernama Dewi Indradi (Windradi) sebagai istrinya.

Walalupun Dewi Indradi sebenarnya lebih menyukai Batara Surya (Dewa Matahari), dia menerima Resi Gutama sebagai suaminya. Pernikahan Resi Gutama dan Dewi Indradi menghasilkan tiga orang anak. Anak pertama perempuan bernama Anjani, anak kedua dan ketiga kembar, bernama Guwarsi danGuwarsa.

Sebelum menikah, Batara Surya menghadiahi Dewi Indradi sebuah mustika bernama Cupu Manik Astagina. Cupu adalah suatu wadah berbentuk bundar kecil terbuat dari kayu atau logam, sedang manik adalah permata. Kesaktian Cupu Manik Astagina adalah dapat memperlihatkan tempat-tempat di dunia tanpa harus mendatanginya.

Dewi Indradi memberikan Cupu Manik Astagina kepada Anjani. Ini membuat iri dua saudaranya, Guwarsi dan Guwarsa. Ketiga bersaudara ini pun bertengkar memperebutkannya. Keributan ini lalu didengar ayah mereka. Resi Gutama lalu bertanya kepada Dewi Indradi, darimana dia memperoleh cupu itu. Dewi Indradi yang dipesan oleh Batara Surya untuk merahasiakan pemberiannya, hanya diam. Ini membuat marah Resi Gutama yang lalu mengutuk Dewi Indradi menjadi batu.

Cupu Manik Astagina lalu dibuang dilempar Resi Gutama. Tempat jatuhnya cupu itu menjelma menjadi sebuah telaga indah dengan air yang sangat jernih, yang kemudian dikenal dengan nama Telaga Madirda. Tiga bersaudara, Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa yang baru saja kehilangan ibu mereka, masih saja menurutkan hawa nafsunya berebut mustika itu dan terus mencarinya. Ketika sampai di Telaga Madirda, mereka mengira cupu itu ada di dasarnya.

Guwarsi dan Guwarsa yang menyelam ke dalam telaga, ketika keluar berubah menjadi manusia kera. Sedangkan Anjani yang hanya memasukkan wajah dan tangannya, hanya kepala dan tangannya saja yang menyerupai kera. Mereka kemudian menjadi menjadi bangsa Wanara, manusia (nara) yang tinggal dihutan (wana), atau bangsa manusia kera.

Untuk menyucikan diri, dengan petunjuk ayah mereka, mereka bertiga bertapa ditempat yang berbeda. Guwarsi dan Guwarsa yang berganti nama menjadi Subali dan Sugriwa masing-masing bertapa di gunung dan hutan Sunyapringga. Sedang Anjani di Telaga Madirda, bertapa nyantolo atau berendam seperti katak.

Kutukan kepada Anjani akan berakhir setelah melahirkan seorang anak titisan Siva. Dengan pertapaannya yang sunguh-sungguh, akhirnya Siva mengabulkannya, melalui makanan yang diterbangkan Batara Bayu (Dewa Angin) kepada Anjani. Anjani memakan makanan tersebut, lalu lahirlah seorang wanara paling perkasa, kera putih bernama Hanuman.

Hanoman dan dua pamannya, Subali dan Sugriwa, merupakan tokoh-tokoh penting dalam epos Ramayana. Hanoman dan Sugriwa yang membantu Rama mencari Sita dan mengalahkan Rahwana. Sedang Subali, adalah guru dari Rahwana (Dasamuka). Telaga Madirda, tempat Cupu Manik Astagina dibuang dan tempat Anjani menyucikan diri, menurut cerita rakyat, tempat itu berada di telaga madirda. (PRO1)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1469


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved