BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Ternyata di Kampung Tua Rajabasa di Jalan Indra Bangsawan, tepatnya di kediaman Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai sebagai penguasa atau Paksi Buay Nunyai Rajabasa, Bandar Lampung, terdapat benda bersejarah. Yaitu, sebuah patung peninggalan dari nenek moyang Buay Nunyai, Rajabasa.
Patung berbentuk manusia setengah badan yang terbuat dari kayu hitam itu diperkirakan telah berumur sekitar 300 tahun dan sekitar tahun 1996 diberikan baju dan kopiah agar sopan dan terkesan islami. Apun Yeli Subhi Paksi Puncak Marga, anak tertua dari Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai mengatakan usia patung itu diketahui dari cerita kakeknya Abdul Majid Soetan Oelangan (alm.).
Menurut Apun, panggilan untuk pewaris Paksi Buay Nunyai Rajabasa semasa hidup kakeknya menceritakan asal usul patung yang disebut dengan Patung Pepadun buatan dari nenek moyang mereka di Kotaalam, Kotabumi, Lampung Utara, yakni Minak Krio Deso. Bahkan, patung pepadun tersebut menurut Apun saat itu diceritakan almarhum kakeknya dibuat dengan tangan oleh Minak Kriyo Deso. "Dan diturunkan secara turun-temurun kepada keturunan Paksi Buay Nunyai Rajabasa, kata Apun.
Bahkan ada cerita menarik saat patung pepadun itu mau dipindahkan ke Museum Lampung ternyata tidak dapat diangkat oleh orang berlima yang mencoba mengangkatnya. "Bahkan pernah ada kolektor dari Jakarta mau membeli patung pepadun dengan membawa uang dua koper. Namun, kami menolaknya. Bahkan, saat itu terdengar suara petir menggelegar di siang bolong di Kampung Rajabasa.
Bukan itu saja, lanjut Apun, saat pernikahan dirinya tahun 2005, sebelum akad nikah patung pepadun terlihat bergetar lalu diikuti gempa lokal di ruangan rumahnya. Peristiwa itu disaksikan seluruh tamu," ujar Apun.
Patung Pepadun bukan untuk disembah atau hal-hal musyrik lainnya melainkan merupakan warisan dari turun-temurun yang wajib dipelihara dan dijaga oleh para keturunannya. Menurut Apun, nenek moyang mereka asalnya dari Kotaalam, Kotabumi dan merupakan keturunan Minak Kriyo Deso yang kuburan keramatnya ada di Kotaalam, Kotabumi. Buyutnya bernama Haji Sulaiman, seorang pejuang dari Kotabumi dan menetap di Rajabasa. Buyut saya almarhum Haji Sulaiman meninggal di daerah Lingsuh Rajabasa, ditembak oleh Belanda. Mayatnya ditemukan di pinggir sungai.
Adapun silsilah keturunan Haji Sulaiman di Kampung Buay Nunyai Rajabasa adalah Haji Sulaiman dari istri yang pertama bernama Baedah mempunyai dua anak laki-laki bernama Abdul Majid Soetan Oelangan dan Bakri. Abdul Majid Soetan Oelangan mempunyai satu anak laki-laki yakni Zulkarnain Kanjeng Paksi Buay Nunyai dan menikah dengan Dewi Halimah dan mempunyai dua anak laki-laki Apun Yeli Subhi Paksi Puncak Marga dan Muhamad Robi Tuan Puseran Agung.
Adik Abdul Majid Soetan Oelangan bernama Bakri mempunyai dua anak laki-laki yaitu, Muslim dan Mukti. Dari istri kedua, perempuan asal Menes, Banten, Abdul Majid Soetan Oelangan mempunyai dua anak laki-laki yakni Ahmad Toha dan Haji Ayub.
Apun berharap ada kepedulian dan pembinaan dari pemerintah terhadap peninggalan dan kelestarian budaya nenek moyang. Kami tidak menolak Kampung Rajabasa dijadikan kampung adat dan daerah pariwisata. Tapi, mohon kami dibina dan dibantu oleh pemerintah, kata Apun. (*/PRO2)
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
24409
Bandar Lampung
6444
Kominfo LamSel
5601
Lampung Tengah
3939
119
21-Apr-2025
229
21-Apr-2025
187
21-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia