Ia pun mengutip pandangan orientalis Eropa, yang heran melihat islam tetap berdiri kokoh setelah kejatuhan Baghdad pada tahun 1258 Masehi.
"Banyak yang mengira islam habis dan punah, seiring runtuhnya peradaban Abbasiyah dan Umayyah. Namun justru muncul kekuatan baru, wajah islam dalam bentuk kekuatan kultural melalui lembaga pendidikan keagamaan, dan gerakan tarekat tasawuf atau sufisme," ujar Prof. Wan Jamaluddin.
Rektor menyebut, kutipan buku The History of Islamic Civilization yang menjelaskan bahwa meski kekuasaan islam runtuh, kekuatannya lahir kembali melalui lembaga-lembaga pendidikan yang otentik, termasuk pesantren, surau, dan majelis-majelis ulama.
Prof. Wan Jamaluddin kemudian memaparkan bagaimana abad ke-13 melahirkan pusat-pusat peradaban Islam di berbagai wilayah, termasuk nusantara, melalui jaringan para syekh dan guru tarekat.
Ia menilai, tarekat Sammaniyah di Palembang dan Lampung, Naqsyabandiyah di Tanah Jawa, Syadziliyah, hingga Watiah di Kalimantan dan Sulawesi.
Semua gerakan itu berbasis pada pendidikan pesantren yang bernuansa sufisme, sekaligus menjadi kunci kekuatan yang melahirkan berbagai perlawanan besar dalam sejarah.
"Inilah jawabannya kenapa ada Perang Diponegoro yang mengguncang dunia. Perlawanan itu lahir dari basis pesantren dan kekuatan tarekat," sebut Prof. Wan Jamaluddin.
Berikan Komentar
Bang Amiruddin Sormin namaya. Dari situlah, awal perkenalan kami,...
26145
Lampung Selatan
876
Lampung Selatan
899
162
17-Nov-2025
180
17-Nov-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia