Gubernur turut menggarisbawahi komoditas seperti pertanian dan perkebunan, yang menjadi sektor utama dan masa depan Lampung. Oleh karena itu, riset harus berfokus pada penguatan di kedua sektor tersebut.
Namun Mirza turut mengingatkan, kekayaan komoditas ini tidak boleh hanya dinikmati oleh pihak luar. Gubernur Lampung juga memaparkan data kerugian yang dialami petani akibat penggunaan teknologi impor yang tidak tepat sasaran.
Data tersebut seperti jagung, di mana penggunaan dryer skala besar di dekat pelabuhan, menyebabkan petani membayar sekitar Rp500 miliar pertahun (500 ribu ton dari total 3 juta ton produksi) dari desa ke pabrik, yang kemudian merugikan petani melalui penurunan harga beli.
Lalu singkong dari 10 juta ton singkong yang diangkut, 70 persen diantaranya menjadi limbah (waste) karena teknologi yang tidak efisien, dan biaya pembuangan limbah ini dibebankan kembali kepada petani.
Gubernur menekankan, dengan teknologi yang cocok, kerugian tersebut dapat diubah menjadi keuntungan petani hingga Rp2,5 Triliun, yang akan beredar dan menjadi pendapatan di desa.
Untuk mengatasi masalah ini, Gubernur Mirza meminta MPRD untuk berperan aktif sebagai Think Tank yang menyiapkan data, riset, dan rekomendasi berbasis fakta.
Oleh karena itu, hasil riset dan kajian yang dilakukan oleh MPRD sangat penting dalam pembuatan kebijakan yang tepat sasaran. (***)
Berikan Komentar
Olahraga
576
218
07-Nov-2025
273
07-Nov-2025
232
07-Nov-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia