KABUPATEN Pesisir Barat, Lampung terletak berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Masyarakat secara turun-temurun berusaha di bidang pertanian, perkebunan dan nelayan. Pantai sepanjang 210 km dan kekayaan tanaman dan hasil hutan mewarnai budaya kuliner di daerah ini.

Selain diolah menjadi gulai, soup dan goreng, salah satu menu unggulan olahan ikan berupa Bakar Genteng atau dalam bahasa lokal disebut Sambam Iwa, di mana ikan dipanggang di atas tungku beralaskan genteng dan daun. Sehingg, ikan yang segar dagingnya menjadi mateng tanpa kulit terbakar, kaldu ikan pun merembes keluar mewarnai rasa daging ikan yang dibakar. Ada juga olahan ikan Gurita (octopus) yang dimasak dengan bumbu lengkap dalam adonan kuah santan dengan kondimen daun Raruku (sejenis daun kemangi) dengan judul menu Gulai Karita.

Tanaman pakis yg banyak tumbuh di hutan diolah menjadi gulai paku (gulai pakis). Pucuk pakis dimasak dengan kuah santan bumbu kunyit yang dilengkapi dengan condiment buah pete. Sebagai penyedap rasa dan menggugah selera, disediakan juga Sambol Recit Mandira yang merupakan bauran dari gilingan cabe dengan buah mandira (rampai) yang merupakan tomat cherry khas Sumatera.

Guna mengoptimalkan taste set menu, umumnya disediakan lalapan pete (petai) baik yang sudah direbus atau masih mentah. Di tangan traditional chef Nilawarni Andung Guru dan Bunda Siti, kekayaan laut dan tanaman hasil hutan di Pesisir Barat Lampung yg diramu dengan kekayaan rempah Nusantara, menjadikan tensi selera makan meningkat secara dramatis. (**/PRO2)

Oleh: Paksu Topan Satir

Penulis adalah Putra Asal Pugung Krui Lampung, Mantan Presiden Direktur PT Anindya BUMD Pemprov DIY, Berdomisili di Yogyakarta, Owner Kampung Labasan Yogyakarta.