JAKARTA (Lampungpro.com): Festival Toleransi Rakyat 2018 yang digelar oleh Wahid Foundation, menampilkan hal yang tidak biasa. Festival ini dibuka dengan menghadirkan 23 ibu-ibu yang berlenggak-lenggok di catwalk layaknya model profesional.
Tidak ada yang menyangka bahwa 23 model yang melenggang di catwalk itu sebenarnya adalah perempuan yang berasal dari desa, yang sama sekali belum pernah bersentuhan dengan dunia model. Bahkan sebagian besar, baru pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta.
Bukan hanya menjadi model dadakan, 23 orang peserta ini juga diuji kemampuannya dalam berbicara di dalam forum. Dari 23 orang, peserta diseleksi menjadi 12 besar atas penilaian para juri, yaitu Olga Lidya, Nia Dinata, Amy Atmanto, dan Ai Syarif.
Pemenang kontes ini adalah wanita asal Batu, Malang, Qoriatul Azizah. Dan diikuti oleh Maria Sendi sebagai juara kedua dan Siti Fatimah sebagai juara ketiga, yang juga berasal dari Malang. Tempat keempat berhasil direbut oleh wanita Klaten, Galih Nur.
Saya tidak menyangka mampu tampil bagus dalam fashion show ini dan saya sangat bangga. Apalagi jurinya adalah artis dan orang terkenal. Jadi tantangannya sangat luar biasa. Tapi Alhamdulillah, saya mampu tampil, kata Qoriatul, usai menerima medali kemenangannya, Jumat (9/2/2018), dirilis Halallife Sabtu (10/2/2018).
Keberhasilan ini menurut Qoriatul, bak mimpi yang menjadi nyata. Selama kita mau belajar, semuanya pasti mungkin. Tiap mimpi akan menjadi nyata selama yang bersangkutan bersungguh-sungguh menggapainya, kata Qoriatul menambahkan.
Salah satu juri, Olga Lidya mengaku kaget dan kagum dengan penampilan ibu-ibu ini. Awalnya Olga menyangka, penilaian akan gampang-gampang saja karena semua peserta belum pernah naik ke atas panggung. Mereka belum pernah ke Jakarta, belum mengenal fashion, jadi saya pikir akan banyak yang grogi, jadi tinggal mengeliminasi saja. Ternyata tidak. Mereka berjalan di catwalk dengan penuh percaya, kata Olga tertawa.
Olga juga melihat para peserta sangat nyaman dengan dirinya, sehingga penjurian pun berjalan seru dan alot. Mereka nyaman, itu saya lihat dari penampilan mereka, membuat penjurian menjadi susah. Dan saya pun mulai langsung pegang-pegang kepala, kata dia.
Olga mengaku tidak tahu mengenai latar belakang para peserta. Yang dinilai dari peserta kemampuan memberikan inspirasi sebagai agen perdamaian. Selain itu, mereka harus bisa memotivasi orang-orang di lingkungannya.
Saya hanya tahu mereka hanya ibu-ibu biasa dari desa binaan Wahid Foundation. Dalam hal ini saya angkat topi pada Wahid Foundation yang telah melakukan pekerjaan luar biasa, kata Olga. (**/PRO2)
Berikan Komentar
Pariwisata memang butuh ikon, tapi tak harus menimbulkan keriuhan...
3317
EKBIS
9534
Tulang Bawang
7165
Lampung Selatan
4342
262
13-May-2025
212
13-May-2025
414
13-May-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia