Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Banjir dan Tanah Longsor Tanggamus, Penyebabnya Pembukaan Kebun Kopi dan Curah Hujan Tinggi
Lampungpro.co, 15-Jan-2020

Amiruddin Sormin 3254

Share

Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka, Tanggamus difoto dari udara saat banjir dan longsor 9 Januari 2020. LAMPUNGPRO.CO/BPDASHL

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Hasil Analisis Badang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Seputih Way Sekampung menyimpulkan, penyebab banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Pekon Way Kerap dan Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, akibat maraknya pembukaan lahan kebun kopi dan curah hujan tinggi. BPDASHL merekomendasikan pembentukan sistem peringatan dini, karena longsor dan banjir masih bisa terjadi.

"Pada 9 Januari 2020 itu memang curah hujan sangat tinggi yakni mencapai 132 milimeter per hari. Struktur tanah di sana juga liat, ditambah lagi penggunaan lahan di hulu sungai didominasi pertanian lahan kering, yakni perkebunan kopi," kata Kepala Seksi Evaluasi BPDASHL Seputih Way Sekampung, Taufik Aulia Nasution, kepada Lampungpro.co, Selasa (14/1/2020).

Banjir banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Pekon Way Kerap dan Pekon Sedayu mengakibatkan 483 rumah rusak dan lebih dari 300 lahan pertanian terutama sawah, rusak berat. Kedua pekon ini berada di ketinggian 28 meter dari permukaan laut (mdpl) dan dikelilingi dataran tinggi seperti hutan lindung Register 31 Pematang Arahan (670 mdpl). Di kawasan ini terdapat sungai Way Sukajaya sepanjang 10 km yang airnya berasal dari Register 31. Air dari sungai inilah yang meluap ke Pekon Way Kerap dan Pekon Sedayu.

"Aktivitas masyarakat seperti perkebunan dan illegal logging di hulu Way Sukajaya telah memengaruhi kondisi awal tutupan lahan dan fungsi kawasan. Sebagian besar wilayah hulu didominasi kebun kopi, termasuk dalam kawasan hutan lindung Register 31 Pematang Arahan," kata Taufik Aulia.

BACA JUGA: Banjir Bandang Terjang Tanggamus, 483 Rumah Rusak, 300 Hektare Sawah Baru Tanam Hancur

Lamanya kemarau yang mencapai lebih dari tujuh bulan, kata Taufik, membuat tanah banyak retak. Akibatnya ketika curah hujan tinggi yang pada 9 Januari 2020 mencapai 132 mm/hari, membuat tanah tak mampu menahan aliran air. "Air hujan menuju tanah melalui intersepsi yang rendah, sehingga aliran air permukaan jadi tinggi. Selain itu, kondisi lahan, kelerengan yang curam, dan jenih tanah liat juga sangat memengaruhi kecepatan aliran air," kata Taufik yang menempuh pendidikan S2 Geografi ini.

Di sisi lain, Plt. Kadis Kehutanan Provinsi Lampung, Wiyogo Supriyanto, mengatakan kerusakan hutan yang terjadi tidak mungkin ditangani sendiri Dinas Kehutanan. "Memang ada pengurangan tutupan lahan untuk kebun kopi dan penebangan liar. Ini butuh penanganan bersama," kata Wiyogo. (PRO1)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1412


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved