Namun, pada Januari sempat naik menjadi Rp4.600/kilogram, akan tetapi memasuki Februari kembali anjlok Rp3.995/kilogram. "Saat ini, minggu terakhir sebagian wilayah itu sudah di bawah Rp3.800/kilogram. Ketika hal seperti itu terjadi menimpa sedulur petani kita, tiba-tiba ada keputusan impor yang timingnya sama sekali tidak tepat," kata Dwi Andreas.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi peningkatan produksi padi dari 2019 ke 2020 hingga mencapai 45 ribu ton. Pada 2019 produksi padi mencapai 54.604.033,34 ton lalu meningkat menjadi 54.649.202,24 ton. Pada kuartal I tahun ini, BPS juga memperkirakan produksi beras akan meningkat 26%. "Dan itu persis, 2021 produksi lebih tinggi," tambah Dwi Andreas.
Oleh karena itu, Dwi Andreas meminta pemerintah membatalkan impor beras ini. Kalau pun perlu kajian, perlu menunggu hingga Juli-Agustus di mana luas tanam sudah terlihat, sehingga bisa diperkirakan kebutuhan pencadangan beras diperlukan atau tidak. "Kalau produksinya tidak mencukupi untuk konsumsi silakan saja (impor). Kalau produksi melebihi konsumsi, ya sudah, nggak ada keputusan impor sama sekali. Jadi batalkan dulu," katanya. (PRO1)
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1296
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia