Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

DiGiFARM Polinela Sukses Terapkan Smart Farming di Pekon Srikaton, Target Panen 2,5 Ton Cabai
Lampungpro.co, 27-Aug-2025

Sandy 627

Share

Tim periset dari Digital Agriculture and Smart Farming (DiGiFARM) Polinela | Lampungpro.co

PRINGSEWU (Lampungpro.co) : Upaya menghadirkan pertanian modern berbasis teknologi perlahan mulai terlihat di Kabupaten Pringsewu. Tim periset dari Digital Agriculture and Smart Farming (DiGiFARM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berhasil menerapkan sistem pertanian berbasis Internet of Things (IoT) di lahan cabai milik Gapoktan Sumber Katon, Pekon Srikaton, Kecamatan Adiluwih, Rabu (27/8/2025).

Penerapan teknologi ini bukan sekadar uji coba. Dari kunjungan panen keenam, tim mencatat hasil yang cukup menggembirakan, lebih dari setengah ton cabai berhasil dipanen berkat pemanfaatan sistem smart farming. Teknologi ini dinilai mampu mengoptimalkan pertumbuhan cabai sekaligus meningkatkan efisiensi kerja petani.

“Kami menerapkan 100 persen penggunaan alat Smart Farming untuk menunjang pertumbuhan cabai. Target kami, panen bisa mencapai 2,5 ton. Selain itu, setiap dua minggu sekali kami juga mendampingi petani agar mereka terbiasa dengan teknologi ini,” ujar Ketua Tim Riset DiGiFARM Polinela, Eko Win Kenali, S.Kom., M.Cs.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program riset terapan kolaboratif yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Tujuannya jelas, mengembangkan pertanian presisi berbasis teknologi untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Smart Irigation and Fertilizer System Genvo 1.0 | Lampungpro

Perangkat hasil riset terapan yang diberi nama Genvo 1 ini dirancang sebagai smart irrigation and fertilizer system dengan fitur digitalisasi modern yang memudahkan petani dalam mengelola lahan. Menariknya, meski dilengkapi berbagai fasilitas dan fungsionalitas mumpuni, harga Genvo 1 dipasarkan dengan banderol tidak sampai Rp6 juta.

"Harga tersebut dinilai sangat terjangkau, terutama bagi petani yang ingin beralih ke sistem pertanian cerdas dan efisien," ujar Eko Win.

Tak hanya itu, lanjut Eko, untuk mendukung kelompok tani yang membutuhkan, Digifarm Polinela juga menyediakan layanan sewa atau pinjam pakai perangkat Genvo 1 melalui skema kerja sama dengan Polinela.

Kehadiran Genvo 1 diharapkan mampu membantu petani meningkatkan produktivitas, sekaligus mendorong penerapan teknologi pertanian modern yang lebih efektif dan berdaya saing.

Di lahan seluas 2.500 meter persegi, tim Digifarm Polinela merancang demplot dengan 30 bedengan berisi 5.000 bibit cabai. Sistem irigasi dibagi menjadi dua zona untuk menjaga kinerja perangkat serta efisiensi pompa air.

Perangkat smart farming portabel yang digunakan memungkinkan pemantauan suhu, kelembaban udara, dan kelembaban tanah secara real-time, sekaligus mengatur sistem pemupukan otomatis.

“Harapan kami, penerapan sistem ini bisa membantu petani dalam mengembangkan teknologi yang tepat guna, mudah dioperasikan, dan berdampak nyata terhadap hasil panen,” tambah Eko Win.

Lebih dari sekadar penggunaan perangkat pintar, lanjut Eko Win, riset ini juga diarahkan untuk membangun ekosistem pertanian modern yang berkelanjutan. Ia menegaskan, kolaborasi riset ini tidak hanya fokus pada inovasi teknologi, tetapi juga pada strategi kemitraan.

“Kami berharap produk dan teknologi yang dikembangkan bisa diadopsi lebih luas oleh masyarakat. Dengan begitu, manfaatnya bisa langsung dirasakan, baik dari sisi produktivitas maupun kesejahteraan petani,” katanya.

Selain Eko, riset ini melibatkan sejumlah dosen Polinela, yakni Khusnatul Amaliah, S.Kom., M.Kom., Dani Rofianto, S.Mat., M.Kom., Jaka Fitra, S.Kom., M.TI., Halim Fathoni, S.T., M.Sc., Ph.D., Tiara Kurnia Khoerunisa, S.T., MTP., dan Hevia Purnama Sari, S.P., M.Si. Tak ketinggalan, empat mahasiswa juga turun langsung membantu jalannya penelitian.

Tak hanya membekali petani dengan perangkat pintar, tim DiGiFARM Polinela juga memberikan penyuluhan terkait penyakit tanaman, hama, hingga strategi pascapanen. Hal ini penting agar cabai yang melimpah tidak terbuang sia-sia.

“Selain memberikan alat, kami juga melatih petani mengenali penyakit dan hama yang menyerang tanaman. Kami dampingi juga dalam pengolahan hasil panen menjadi produk turunan seperti bubuk cabai, chili oil, bon cabe, hingga saus,” jelas Eko Win.

Produk hasil olahan cabai | Lampungpro

Dengan adanya pendampingan menyeluruh ini, petani tak hanya diuntungkan dari sisi kuantitas panen, tetapi juga memiliki nilai tambah ekonomi melalui produk olahan.

Ke depan, tim berharap penerapan smart farming ini bisa menjadikan Pekon Srikaton sebagai desa percontohan atau bahkan “Desa Sekolah Smart Farming” di Provinsi Lampung.

“Jika kolaborasi dunia pendidikan dan gapoktan bisa berjalan konsisten, bukan tidak mungkin Srikaton akan menjadi pusat pembelajaran smart farming bagi daerah lain. Hal ini tentu akan meningkatkan citra sekaligus kesejahteraan petani cabai di sini,” pungkas Eko Win. (***)

Editor : Sandy,

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Bro, Pelajaran Apa yang Kau Petik dari...

Para kepala daerah di Lampung punya kesempatan untuk membuktikan...

7875


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved