Tak hanya membekali petani dengan perangkat pintar, tim DiGiFARM Polinela juga memberikan penyuluhan terkait penyakit tanaman, hama, hingga strategi pascapanen. Hal ini penting agar cabai yang melimpah tidak terbuang sia-sia.
“Selain memberikan alat, kami juga melatih petani mengenali penyakit dan hama yang menyerang tanaman. Kami dampingi juga dalam pengolahan hasil panen menjadi produk turunan seperti bubuk cabai, chili oil, bon cabe, hingga saus,” jelas Eko Win.
Dengan adanya pendampingan menyeluruh ini, petani tak hanya diuntungkan dari sisi kuantitas panen, tetapi juga memiliki nilai tambah ekonomi melalui produk olahan.
Ke depan, tim berharap penerapan smart farming ini bisa menjadikan Pekon Srikaton sebagai desa percontohan atau bahkan “Desa Sekolah Smart Farming” di Provinsi Lampung.
“Jika kolaborasi dunia pendidikan dan gapoktan bisa berjalan konsisten, bukan tidak mungkin Srikaton akan menjadi pusat pembelajaran smart farming bagi daerah lain. Hal ini tentu akan meningkatkan citra sekaligus kesejahteraan petani cabai di sini,” pungkas Eko Win. (***)
Editor : Sandy,
Berikan Komentar
Para kepala daerah di Lampung punya kesempatan untuk membuktikan...
7736
Tulang Bawang
487
Kominfo LamSel
1659
438
27-Aug-2025
487
27-Aug-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia