Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Smart Farming Polinela, Petani Cabai Pekon Srikaton, Pringsewu Panen Optimal
Lampungpro.co, 27-Aug-2025

Sandy 570

Share

Salah seorang petani cabai, Marsudi | Lampungpro.co

PRINGSEWU (Lampungpro.co) : Di tengah cuaca panas dan tidak tentu yang kerap membuat petani ragu untuk menanam cabai, sebuah terobosan teknologi pertanian justru membawa harapan baru bagi kelompok tani di Kabupaten Pringsewu. Gapoktan Sumber Katon di Pekon Srikaton, Kecamatan Adiluwih, menjadi salah satu yang berhasil merasakan langsung manfaat sistem Smart Farming yang dikembangkan oleh tim riset dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela).

Salah seorang petani, Marsudi, menjadi contoh nyata bagaimana teknologi mampu mengubah pola bertani tradisional menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Lahan cabai seluas seperempat hektar miliknya yang mulai ditanami sejak Mei lalu kini tampak memerah, siap dipanen.

“Alhamdulillah, dengan bantuan alat yang diberikan Polinela, saya bisa merasakan hasilnya. Awalnya sempat ragu, tapi setelah mencoba, manfaatnya benar-benar terasa,” ujar Marsudi saat ditemui di kebunnya, Rabu (27/8/2025).

Menurut Marsudi, alat Smart Precision Farming membantu dirinya dalam menentukan jadwal penyiraman dan pemupukan secara lebih tepat. Dengan sistem ini, kebutuhan tanaman dapat dipenuhi sesuai waktu yang ideal tanpa harus menguras tenaga untuk mengangkut air atau melakukan pemupukan manual.

Proses pemanenan cabai oleh petani di Pekon Srikaton, Pringsewu | Lampungpro.co

“Prediksi panen dari lahan 2.500 meter persegi ini bisa mencapai 2,5 ton dalam waktu panen satu setengah bulan. Kalau dengan cara manual, paling hanya satu sampai satu setengah ton,” jelasnya.

Marsudi menambahkan, keunggulan teknologi ini juga terletak pada efisiensi pupuk. Proses pemupukan dapat dilakukan secara bertahap dan tepat dosis, sehingga pertumbuhan tanaman lebih maksimal.

“Misalnya kita punya pupuk 10 kilo. Kalau dulu biasanya sekali pakai, tapi sebenarnya lebih bagus dibagi lima kali. Dengan alat ini, hal itu bisa dilakukan dengan mudah tanpa harus repot menyiram manual,” katanya.

Selain hemat tenaga kerja, alat ini juga dapat mengatur pengairan, menjaga pH tanah, hingga mempercepat masa tanam. Marsudi menyebut, masa tanam cabai dengan teknologi ini hanya tiga bulan atau 90 hari, dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen.

Marsudi pun berharap teknologi ini tidak hanya berhenti pada lahan percontohan. Ia optimistis penerapan Smart Farming bisa diperluas agar lebih banyak petani yang merasakan manfaatnya. “Bagi saya, alat ini benar-benar membantu. Harapannya bisa diterapkan di lahan-lahan lain agar petani lebih sejahtera,” tuturnya.

Alat Smart Farming (kolase), tampilan cabai hasil panen di kebun Pekon Srikaton | Lampungpro.co

Sementara itu, Kepala Pekon Srikaton, Ade Gunawan, menyambut positif program yang digagas Polinela. Menurutnya, teknologi ini menjadi solusi penting di tengah tantangan pertanian cabai yang rawan terserang hama dan penyakit.

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur. Selama ini petani sering pusing menghadapi hama dan penyakit cabai. Dengan adanya bantuan teknologi sekaligus pendampingan dari Polinela, petani jadi punya bekal ilmu baru,” kata Ade.

Selain memberikan alat, tim peneliti Polinela juga memberikan pelatihan kepada Gapoktan Sumber Katon terkait cara pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai. Ade menilai, ilmu yang dibagikan ini sangat berharga bagi petani agar bisa lebih mandiri dalam mengelola lahan.

“Bagi kami, bukan hanya alatnya yang bermanfaat, tapi juga ilmu dan pengalaman yang dibagikan. Semoga ke depan terus ada pendampingan agar petani semakin maju,” jelasnya.

Mayoritas penduduk Pekon Srikaton memang bergantung pada sektor pertanian. Mereka mengelola tanaman hortikultura seperti cabai, singkong, jagung, padi, tomat, hingga pisang.

Dengan adanya inovasi teknologi pertanian, warga berharap hasil panen semakin baik dan kesejahteraan petani meningkat. “Program ini kami dukung penuh, dan mudah-mudahan menjadi langkah awal kebangkitan pertanian di desa kami,” pungkas Ade Gunawan. (***)

Editor : Sandy,

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Bro, Pelajaran Apa yang Kau Petik dari...

Para kepala daerah di Lampung punya kesempatan untuk membuktikan...

7734


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved