Alhamdulillah saya tak pernah gengsi mewawancarai petani di ladang. Tapi juga tak minder mewawancarai seorang Deputi Bidang Asia Uni Eropa di markasnya Brussels, Belgia, untuk mengonfirmasi kenapa Uni Eropa melarang Garuda Indonesia mendarat di Eropa.
Biasanya, masalah muncul jika niat wartawan dalam meliput melenceng dari tugas jurnalistik yang diatur dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Dari 11 pasal KEJ, yang paling awal meminta wartawan untuk meluruskan niatnya dalam meliput. Bunyinya, “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.”
Sebenarnya, di era digital saat ini, batas-batas wilayah tak lagi menjadi penghalang bagi wartawan dalam mengakses, menyebarkan, dan mengolah informasi. Konsep Journalist No Borders bukan sekadar jargon, melainkan kenyataan yang menandai transformasi besar dalam dunia jurnalistik global.
Perkembangan teknologi komunikasi, internet, dan media sosial telah membuka ruang gerak tanpa batas bagi para jurnalis. Jangankan cuma ke Lampung Barat, seorang wartawan dari Lampung Utara, misalnya, kini bisa meliput isu di Gaza, mewawancarai narasumber di Amerika Serikat, dan menyampaikan laporan kepada audiens dunia—hanya dengan gawai di tangannya. Proses yang dahulu memerlukan biro koresponden dan surat-menyurat panjang kini tergantikan oleh klik, unggah, dan tayang.
Tidak hanya akses informasi yang meluas, tetapi juga distribusi konten yang melintasi negara, zona waktu, dan budaya. Artikel, video, podcast, dan infografis dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia hanya dalam hitungan detik. Platform digital seperti YouTube, X (Twitter), Substack, hingga media independen berbasis web memungkinkan siapa pun—baik jurnalis profesional maupun warga biasa—menjadi pembawa informasi.
Fenomena ini melahirkan generasi baru wartawan tanpa kantor fisik, tanpa batas yurisdiksi, dan tanpa batas jam kerja. Mereka hadir di mana pun ada isu, menyampaikan kebenaran dengan keberanian dan teknologi sebagai senjata utama.
Namun, era ini juga menuntut tanggung jawab etika yang tinggi. Di tengah derasnya arus informasi, akurasi, verifikasi, dan keberimbangan menjadi tantangan yang harus dijaga. Tanpa batas bukan berarti tanpa aturan. Jurnalisme tetap berpijak pada nilai-nilai kejujuran, integritas, dan keberpihakan kepada publik.
Berikan Komentar
Kominfo Lampung
581
Bandar Lampung
412
Bandar Lampung
390
Bandar Lampung
398
581
01-Jul-2025
412
01-Jul-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia