BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Lampung memiliki banyak destinasi menarik yang wajib untuk dieksplor. Kunjungilah Pantai Gigi Hiu, dijamin tawrkan panorama berbeda. Lampung memang selalu punya cara untuk mengundang saya kembali menjejakan kaki disana. Mulai dari gerombolan gajah di Way Kambas, atraksi loncatan lumba-lumba di Teluk Kiluan dan surganya snorkeling di Pulau Pahawang. Bukan itu saja, ada satu pantai tersembunyi yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk, Pantai Gigi Hiu namanya.
Apa yang traveler bayangkan jika mendengar tentang Pantai Gigi Hiu? Mungkin sebagian akan berfikir, ada puluhan hiu yang akan memamerkan giginya di pantai itu. Namun nyatanya tidak ada satupun hiu di pantai ini. Namanya sendiri diambil dari bentuk batu-batu karang runcing yang menyerupai gigi hiu, cukup unik bukan?
Pantai Gigi Hiu atau yang lebih dikenal oleh penduduk lokal dengan sebutan Pantai Karang Pegadungan. Lokasinya di Desa Pegadungan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Rencananya saya dan rombongan akan menggunakan jalur darat dengan menyewa sebuah pikap. Berangkat siang hari di hari jumat dari pusat kota, kita akan menuju ke Desa Batu Suluh untuk bermalam di sana, lalu perjalanan akan dilanjutkan saat subuh tiba, menuju Desa Pegadungan untuk melihat sunrise di Pantai Gigi Hiu.
Sore mulai pekat saat memasuki pinggiran kota. Dari sini mata kita akan dimanjakan oleh barisan bukit dan pantai. Memasuki malam hari trek menuju Desa Batu Suluh mulai berbatu dan menanjak. Jalanan pun belum diaspal sehingga pikap yang kami sewa kesulitan untuk meneruskan perjalanan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan kami terpaksa turun dari pikap dan melanjutkan berjalan kaki.
Awalnya saya kira kami hanya akan berjalan di bukit yang landai, tapi ternyata malam itu kami malah harus melakukan pendakian dadakan. Tanpa persiapan tentu saja. Untungnya walau tidak memakai sepatu gunung, saya memakai sepatu olahraga dengan alas bergerigi dan kokoh. Tidak senyaman memakai sepatu gunung memang, tapi sepatu yang saya pakai cukup untuk melindungi kaki saya dari jalanan yang sangat terjal dan berbatu.
Setelah melakukan pendakian selama kurang lebih lima jam, traveler akan mendengarkan bunyi ombak yang bergemericik yang menandakan kita akan segera tiba di Desa Batu Suluh. Jalanan pun sudah datar walau masih berbatu. Berjalan sedikit lagi, tepat ditengah malam akhirnya saya dan rombongan tiba rumah Pak Agus di Desa Batu Suluh tempat kami akan bermalam.
Subuh itu seharusnya kami sudah melanjutkan perjalanan menuju Desa Pegadungan untuk melihat sunrise di Pantai Gigi Hiu. Namun sayangnya rombongan kami terlalu lelah setelah mendaki semalaman. Sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di sore hari agar bisa melihat sunset sebagai gantinya.
Untuk mengisi ke kosongan waktu sebelum melanjutkan perjalanan, saya memutuskan untuk sedikit mengeksplor Desa Batu Suluh. Di dekat rumah Pak Agus, terdapat sebuh vila yang menghadap kearah pantai. Di vila ini saya dan beberapa teman menumpang untuk duduk di undakan sambil mengobrol dengan pemilik villa, menikmati sejuknya angin laut yang asin dengan suara deburan ombak yang menghempas bibir pantai.
Sore ternyata datang lebih cepat hari itu, namun matahari masih enggan untuk bersembunyi. Teriknya masih terasa menusuk di kulit saat kami mulai melakukan perjalanan. Untuk sampai ke Desa Pegadungan kita harus kembali mendaki lagi selama kurang lebih dua jam. Namun pemandangan yang asri dan keinginan untuk segera melihat indahnya Pantai Gigi Hiu mendorong kaki saya untuk terus mendaki.
Langit mulai meranum saat kami tiba di lokasi pantai. Dari sini kita akan disambut oleh pemandangan eksotis dari pantai lepas. Batu karang meruncing terlihat mengintip diseberang. Namun kita belum benar-benar sampai di Pantai Gigi Hiu. Dari sini kita masih harus berjalan melambung, melewati batuan karang di bibir pantai.
Lelah terbayar sudah karena keindahan dari Pantai Gigi Hiu. Pantai ini menawarkan panorama yang berbeda dengan pantai lain pada umumnya. Gugusan batu-batu karang yang menjulang tinggi dengan bentuk yang beragam. Imajinasi saya melayang saat berjalan menelusuri batu-batu karang, seakan saya sedang berada di planet lain. Dengan hati-hati saya mencoba untuk memanjat karang yang paling tinggi, untuk menikmati panorama langit sore.
Deburan ombak yang menghempas karang memecah kesunyian pantai. Sambil memegang bendera merah putih ditangan saya, membuat hati saya bergejolak. Kemenangan seakan berada di tangan saya, bersama keeksotisan Pantai Gigi Hiu. Sungguh indah alam yang dimiliki Indonesia. Ternyata sangat mudah untuk jatuh cinta pada alam, pada Indonesia.
Saat malam tiba, air laut akan segera pasang. Setelah puas duduk di atas batu karang, dan mengambil beberapa foto, saya dan rombongan memutuskan untuk kembali ke Desa Batu Suluh. (***/PRO3)
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
331
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia