JAKARTA (Lampungpro.com)-Siapa yang tak kenal Jogjakarta? Destinasi yang belakangan ngehits dengan digital destinationnya. Dari mulai Tebing Breksit hingga Latar Centini Tembi, Desa wisata Deso Boro Kulonprogo hingga wisata Kalibiru, semuanya ada di Jogja. Nah,�success story Digital Destination�Jogjakarta tadi, ikut dipaparkan di Rakornas IV Pariwisata, Rabu (13/12).
Di hadapan sekitar 500 stakeholder pariwisata yang hadir di The Hall Kota Kasablanka, Jakarta, Kadispar Jogjakarta Aris Rianta tak segan membagi pengalaman kesuksesannya saat bergelut dengan digital tourism. Dari mulai destinasi yang instagramable hingga penyelerasan dengan keberadaan desa wisata dan homestay di DIY, semua dikupas tuntas di Rakornas IV Pariwisata.
Dan faktanya, nama Jogjakarta di dunia maya memang melangit. Mau cari dimana? Google+? Twitter? Instagram? Facebook? Blog? Flickr? Semuanya ada. Dan semua foto dan video tentang Jogjakarta yang diunggah ke dunia maya sudah banyak mendapat pujian. Tak hanya dari Indonesia, tapi juga dunia.
Seringnya orang bercerita mengenai perjalanan mengeksplore Jogjakarta melalui blog pribadi dan akun medsos membuat nama Kota Gudeg naik daun. Sebab di media sosial, netizen dia tidak hanya berbagi melalui kata, tapi juga berbagi melalui foto-foto dan video. Hebatnya, ini bisa diakses dimanapun, dan bisa disaksikan seluruh dunia.
Karenanya, dia sangat sepakat saat Kemenpar mencetuskan 2018 sebagai tahunnya digital destination bersama Colors of Indonesia serta Hot Deals. Digital destination, dinilai sudah sangat in dengan selera pasar lantaran destinasi wisatanya disajikan dengan gaya kekinian yang instagramable.
Aris tak asal bicara. Sejak 2014, Jogjakarta memang sudah getol melakukan hal itu. Hasilnya? Selalu saja ada destinasi baru. Selalu saja ada spot liburan yang asyik di luar destinasi yang mainstream. Contoh rilnya ada. Desa Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran misalnya. Lantaran ngehits di dunia maya, kawasan itu akhirnya sukses membuat paket Tahun Baru dan memasarkannya lewat digital atau media sosial.
"Saat itu diperkenalkan dan dipasarkanya lewat medsos. Dan hanya dalam dua hari paketnya terjual habis. Satu homestay-nya waktu itu dijual dengan paket seharga Rp 240 ribu. Berkahnya langsung mengalir ke masyarakat," ujar Aris Riyanta.
Trend itu akhirnya terus bergulir sampai sekarang. Hasilnya? Desa wisata tumbuh subur. Hingga saat ini, di DIY terdapat tidak kurang 125 Desa Wisata yang sudah mulai in di spot wisata favorit pilihan netizen. Mulai dari yang sudah maju, berkembang dan masih embrio, semuanya ada. Homestay juga ikutan tumbuh subur mengikuti trend liburan wisatawan.
"Sekarang malah lebih masif lagi. Minggu kemarin sudah muncul Pasar Kakilangit kreasi anak-anak GenPI Jogjakarta. Semuanya running dengan cepat karena masyarakat dan komuniatas di Jogjakarta mendapat bimbingan teknis dari Kementerian Pariwisata. Baik itu bimtek digitalitasi, desa wisata atau homestay. Sekarang malah tambah lagi.," ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga seirama. Dia sangat yakin dengan digital destination, masyarakat dan komunitas tidak akan kerepotan mengerjakan pekerjaan yang rumit. Semua bisa dilakukan dengan�one man show.
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4138
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia