Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Kawanan Gajah Liar di Way Kambas Lampung Timur Masuk Pemukiman Pertanian Warga, Rusak Kantor Polhut Balai TNWK
Lampungpro.co, 08-Feb-2025

Febri 32649

Share

Kantor Polhut di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, dirusak kawanan gajah liar, Jumat (7/2/2025). [Suara.com/Agus Susanto]

SUKADANA (Lampungpro.co): Kawanan gajah liar kembali masuk ke pemukiman dan lokasi pertanian warga di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur.

Terkini, kawanan gajah liar tersebut merusak dan menghancurkan Kantor Resort Susukan Baru yang merupakan pos penjagaan Kepolisian Kehutanan (Polhut) Balai TNWK pada Jumat (7/2/2025) dinihari.

Kepala Resort Susukan Baru, Albert Erson mengatakan, petugas piket bernama Yudi melihat kawanan gajah liar berada di sekitar kantor sejak tengah malam. Meski sudah menjadi hal yang biasa, kali ini gajah-gajah itu merobohkan kantor resort.

"Biasanya memang sering ada gajah liar di sekitar kantor resort, vahkan tiga hari lalu ada sekitar 20 ekor. Namun kemarin, kawanan gajah merusak kantor kami," kata Albert Erson dilansir Suara.com (jaringan media Lampungpro.co), Sabtu (8/2/2025).

Saat tembok bangunan kantor Resort Susukan Baru dirusak, Yudi yang sedang berjaga langsung berlari menyelamatkan diri. Diperkirakan ada tujuh ekor gajah merobohkan tembok dalam waktu kurang dari satu jam. Setelah puas merusak bangunan, kawanan gajah liar itu meninggalkan lokasi.

"Gajah memiliki kekuatan besar, sehingga mudah bagi mereka untuk merobohkan tembok bangunan, apalagi yang bukan konstruksi cor. Namun untungnya tidak ada korban jiwa," ujar Albert Erson.

Hingga sore hari, sejumlah pegawai Resort Susukan Baru masih sibuk membersihkan puing-puing tembok yang hancur akibat amukan kawanan gajah liar.

Sebelumnya, kawanan gajah liar asal hutan Way Kambas juga merusak tanaman petani di Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara. Tanaman padi dan palawija, seperti singkong, menjadi sasaran utama gajah liar tersebut.

Sekretaris Forum Rembuk Desa Penyangga Hutan TNWK, Suyuti mengungkapkan, dalam tiga malam berturut-turut, belasan ekor gajah liar keluar dari hutan.

Meskipun para petani sudah berusaha menghalau dengan berbagai cara, namun kawanan gajah tersebut tetap merusak tanaman mereka.

Menurut Suyuti, masalah tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun, namun sampai sekarang belum juga ada solusi yang efektif untuk menangkal dan menanganinya.

"Petani harus berjaga setiap malam dengan risiko tinggi, sementara pemerintah tidak memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah ini," ungkap Suyuti.

Meskipun konflik sudah berlangsung lama, namun hingga kini belum ada solusi konkret dari pemerintah maupun dari pihak Balai TNWK, terkait kerugian petani akibat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh gajah liar.

Melihat kurangnya perhatian tersebut, warga dua dusun yang menjadi penyangga di kawasan TNWK Lampung Timur memutuskan untuk melakukan swadaya guna mengatasi masalah ini.

Kepala Dusun 2 Desa Labuhan Ratu IX, Kecamatan Labuhan Ratu, Rudi Hartono menyebutkan, warga di Dusun 1 dan Dusun 2 sepakat untuk iuran secara sukarela.

Ada pun dana tersebut, nantinya akan digunakan untuk menyewa alat berat ekskavator guna menggali kanal pembatas antara hutan TNWK dan lahan pertanian warga.

"Kami mengumpulkan dana secara ikhlas untuk biaya pengerukan kanal, supaya gajah liar tidak masuk merusak tanaman dan rumah warga," sebut Rudi Hartono.

Rudi menjelaskan, terdapat tujuh titik yang menjadi perlintasan gajah liar yang menjadi akses keluar masuk hutan ke peladangan masyarakat. Oleh karena itu, tujuh titik menjadi fokus pengerukan kanal, mengingat kondisi kanal yang sudah dangkal.

"Jika kami terus mengandalkan pemerintah, masalah ini tidak akan pernah selesai, apalagi soal ganti rugi tanaman yang rusak, itu sepertinya mustahil," sebut Rudi Hartono.

Rudi juga menyebut, para petani di sekitar kawasan TNWK juga sudah bosan dengan janji-janji pemerintah dan anggota DPR yang hanya melakukan inspeksi mendadak (Sidak) tanpa ada tindakan nyata.

Rudi menambahkan, hanya ada dua dusun yang turut berpartisipasi dalam iuran tersebut, karena kedua lokasinya terletak sangat dekat dengan hutan. (***)

Editor : Febri Arianto
Kontributor : Agus Susanto

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Tugu Biawak Wonosobo dan Mannaken Pis Belgia,...

Pariwisata memang butuh ikon, tapi tak harus menimbulkan keriuhan...

1391


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved