Kematian ittara dan industri ethanol adalah sinyalemen buruk betapa tak kondusifnya iklim usaha di provinsi berjuluk Sang Bumi Ruwai Jurai ini. Dua kematian itu sekaligus menjadi catatan buruk, betapa hilirisasi singkong di Lampung gagal total dan hanya boleh untuk tepung tapioka.
Singkong masih jadi pilihan sebagian petani karena sebagian besar lahan pertanian di Lampung masih tadah hujan. Singkong juga dipilih karena tak serewel tanaman lain seperti jagung. Solusinya, bukan dengan membatasi petani menanam singkong, tapi mencipkan iklim berusaha yang sehat di Lampung, agar hilirisasi produk berbasis singkong dapat langgeng.
Cukuplah kematian ittara dan industri jadi pelajaran, betapa kartel yang berujung oligopoli dan monopsoni hanya menguntungkan segelintir dan sekelompok pengusaha dengan mengorbankan petani. Jika ini tak dilakukan, tak usah 'ngomel' dan menyalah-nyalahkan angka statistik yang menempatkan nilai tukar petani (NTP) Lampung terendah di Sumatera dan Lampung tetap di level provinsi termiskin di Indonesia. (AMIRUDDIN SORMIN-JURNALIS)
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
19516
Bandar Lampung
9974
Gerbang Sumatera
5157
Lampung Barat
4534
Gerbang Sumatera
3884
161
11-Apr-2025
544
10-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia