Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Kematian Ittara dan Industri Ethanol, Awal Petaka Anjloknya Harga Singkong di Lampung
Lampungpro.co, 27-Mar-2021

Amiruddin Sormin 7645

Share

Pabrik ethanol PT Medco Ethanol Lampung di Lampung Utara saat masih beroperasi. LAMPUNGPRO.CO/DOK

Dikutip dari berbagai sumber, Direktur Utama dan CEO Medco, Lukman Mahfoedz mengungkapkan, penutupan pabrik ethanol itu efektif dilakukan sejak 16 Oktober 2013. Sejak tanggal itu, pabrik yang beroperasi sejak 2009 tersebut resmi tidak beroperasi lagi. Ditutupnya pabrik ethanol Medco karena tidak mencukupinya pasokan bahan baku yang berkesinambungan untuk operasi kilang, kata Lukman di Jakarta, Jumat (25/10/2013). 

Dari informasi yang dihimpun Dunia Energi, kilang ethanol di bawah bendera PT Medco Ethanol Lampung (MEL) yang ditutup itu dapat mengolah bahan baku dari singkong maupun tetes tebu. Namun kedua bahan baku itu semakin sulit didapatkan. Penutupan itu, menambah panjang daftar perusahaan bahan bakar nabati atau biofuel.  

Sebenarnya, PT Medco Ethanol Lampung mencoba bertahan dengan beralih bahan baku dari singkong menjadi tetes tebu. Namun strategi industri tapioka yang menaikkan harga singkong membuat perusahaan kalah saing. 

Ternyata strategi menaikkan harga itu, hanya sementara. Mati dan hengkangnya sejumlah industri ethanol dari Lampung membuat industri tapioka dengan mudah mengontrol harga. Strategi harga Rp2.000/kg hanya bertahan dua tahun dan setelah industri ethanol gulung tikar, perlahan harga singkong pun ikut anjlok.

Itu sebabnya, produksi singkong Lampung tertinggi dicapai pada 2014 yakni 8 juta ton. Setelah itu, perlahan produksi singkong anjlok hingga pada 2019 tinggal 4 juta ton. Penurunan produksi ini karena petani beralih ke komoditas lain. 

Kematian ittara dan industri ethanol karena bahan baku, merupakan ironi dari provinsi penghasil singkong terbesar nasional. Kematian itu ibarat pepatah 'ayam mati di lumbung padi'. Siapa yang mematikan ittara dan industri ethanol dan apa motifnya? Pertanyaan inilah yang seharusnya bisa segera dijawab oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Dua kematian inilah yang seharusnya titik awal pembenahan tata niaga bisnis singkong di Lampung. Pasalnya, sampai kapan pun jika iklim usaha persaingan tidak sehat tetap dibiarkan terjadi, hilirisasi produk singkong cuma isapan jempol dan bahan kampanye menarik dukungan petani singkong.

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

19516


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved