Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Listrik PLN Padam di Tambak Dipasena Tulang Bawang, Udang Mati Petambak Rugi Puluhan Juta
Lampungpro.co, 08-Jan-2022

Amiruddin Sormin 3274

Share

Seorang petambak saat menimbang udang yang panen dini Sabtu (8/1/2022). LAMPUNGPRO.CO/NAFIAN

RAWAJITU TIMUR (Lampungpro.co):  Petambak udang di Kampung Bumi Dipasena Sejahtera, Bumi Dipasena Abadi, dan Bumi Dipasena Makmur, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, terpaksa panen lebih cepat akibat listrik PT PLN padam. Panen dipercepat karena udang mati setelah kincir air mati akibat listrik padam.


Menurut Ismed Ironi, salah satu petambak Kampung Bumi Dipasena Abadi, listrik PLN di wilayah ini sering  gangguan dan padam. "Pemadam terjadi pada Jumat malam sekira pukul 20.30 sampai Sabtu siang, pukul 15.00. Ada kabel yang putus dan jatuh akibat samberan petir," kata Ismed Ironi, Sabtu (8/1/2022).

Menurut Ismed pada akhir Desember 2021 dua kali terjadi pemadaman dengan waktu padam relatif lama. Menurut dia, ada kabel tersamber petir. 

"Namun yang terparah kemarin malam itu. Untungnya beberapa petambak masih ada genset cadangan dan saat ini masih banyak juga tambak yang belum operasi. Petambak menahan tebar karena musim dan cuaca tak menentu," kata dia.

Di sisi lain, Suharyanto petambak Bumi Dipasena Abadi yang udangnya terpaksa panen Sabtu (8/1/2022) dinihari akibat lampu padam. Udangnya mati di tiga tambak karena kekurangan oksigen. 

"Saya tebar 60 ribu ekor benur di  tambak. Total benur 180 ribu, umur udang baru 60 hari, terpaksa dipanen dini semua dari semalam. Saya dibantu tetangga gogoh (memungut) udang yang mati di dalam tambak," kata Suharyanto.

Alasannya gogoh dari semalam agar udang mati itu masih laku dijual. "Kalau harus menunggu air kering keburu merah udangnya tidak ada harganya lagi, karena udang sudah merah, bisa tambah jero ruginya. Kalau dipungutin lumayanlah ada yang bisa diselamatkan walau sedikit," kata Suharyanto

Kerugiannya akibat mati lampu ini lebih dari Rp40 juta. Dia berharap PLN serius dan membenahi sistem layanan dan penanganan ganguan listrik di kawasan tambak Dipasena.

Pasalnya, listrik itu jantung dan nyawa udang. "Selama 15 menit saja kincir mati karena arus terputus oksigen terlarut di tambak pasti ada masalah dan itu menyebabkan udang mati. Kalau layanan PLN masih seperti ini petambak pasti berpikir dua kali untuk memaksimalkan padat penebaran. Kalau listrik padam dan penanganan masih lambat sama saja buang-buang uang," ujar Suharyanto. (***)

#

Editor: Amiruddin Sormin, Reportase: Nafian

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya

Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved