"Kalau ingin BO ceweknya Rp400 ribu, untuk kamar Rp100 ribu. Kalau cuma pengen minum cukup bayar Rp50 ribu sama cewek nya per jam, untuk minuman menyesuaikan jenisnya," tawar Er.
Ketika salah seorang pengunjung menanyakan kemanan atau kenyamanan, Er dengan tegas mengatakan aman. "Saya sudah kasih sama pak polisi setiap bulan. Kita juga sadar dan itu perlu demi kenyamanan pelanggan saya. Kalau sudah ada bahasa uang kertas saya sudah nyambung jatah untuk keamanan," tegasnya meyakinkan tamu.
Kisah Sang Muncikari
Dia mengakui sudah hampir dua tahun membuka tempat prostitusi di Desa Srigading. Er sadar pekerjaan yang ia lakoni ini penuh risiko. Namun faktor ekonomi mendorong janda tiga anak ini membuka usaha prostitusi.
Sebelumnya Er tinggal di wilayah Bekasi dengan orang tuanya. Kondisi ekonomi orang tuanya waktu itu memprihatinkan sampai terlilit utang.
Untuk memperbaiki nasib, Er memutuskan merantau ke wilayah Tanjung Priok saat usianya masih 19 tahun. Di ibukota, Er menjadi pemandu lagu yang membuat dia terjerumus ke dunia prostitusi.
Setiap bulan, Er menyempatkan pulang ke rumah menjenguk orang tua di Bekasi. Ia juga memberi uang sedikitnya Rp3 juta ke orang tua. Heran, sang ibu sempat menanyakan asal uang itu. Tapi Er tidak mengakui pekerjaan yang sebenarnya.
Di usia 22 tahun, Er menikah dengan pria asal Tanjung Priok. Beberapa tahun pernikahan hingga sudah dikaruniai anak laki laki, suami Er meninggal.
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
317
Lampung Selatan
25507
Humaniora
3349
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia