JAKARTA (Lampungpro.com): Peneliti dari 84 instansi penelitian di 11 negara membahas eliminasi penyakit tropis, keamanan kesehatan global, hingga resistensi mikroba dalam The 6th International Eijkman Conference yang digelar Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.�
"Konferensi ini sebenarnya diselenggarakan sekaligus sebagai bentuk akuntabilitas Lembaga Eijkman pada publik. Walaupun dana yang diserap memang tinggi, tapi produktivitas kita juga tinggi, sehingga ingin berbagi berbagai hasil penelitian yang sudah dilakukan," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio di sela-sela The 6th International Eijkman Conference di Jakarta, Selasa (1/8/2017).�
Ia mengatakan konferensi itu menjadi media yang sempurna bagi peneliti-peneliti biologi molekuler mempresentasikan hasil kerja mereka.�Seperti dilansir Antara, kata Amin, kesempatan itu juga untuk membangun dan memperkuat komunikasi dan kolaborasi dengan peneliti-peneliti dari institusi lokal dan internasional.�
Sebanyak 49 pembicara, 27 pemakalah, dan 59 peserta poster ilmiah ikut hadir dalam konferensi yang diadakan dalam rangkaian 25th Year Celebration of The Eijkman Institute: Genetics, Disease, and Environment.�Mereka, lanjutnya, membahas tentang malaria di era eliminasi, keamanan kesehatan global dan resistensi mikroba, informasi terkini terkait virus hepatitis. Kemudian, soal migrasi manusia, kerentanan terhadap penyakit dan nutrisi, penyakit akibat virus yang baru timbul, penyakit genetik dan diagnosisnya, serta respons inang terhadap agen penyakit.�
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikri) Mohamad Nasir usai membuka kegiatan itu, menyatakan menyambut baik konferensi tersebut. Hal itu mengingat kondisi kesehatan di Indonesia masih perlu ditingkatkan.�"Jika mendengar penjelasan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tampaknya Indonesia memiliki potensi besar untuk masalah kesehatan dan obat-obatan, khususnya pada penyakit seperti malaria, mengingat Indonesia jadi pusatnya. Kita harap ada penemuan yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut," ujar Nasir.�
Hal paling mendesak untuk diteliti, ia mengatakan menyangkut penelitian DNA untuk identifikasi penyakit.�Ia mengatakan hasil kegiatan dari lembaga penelitian biologi molekuler itu, tentu bisa ditindaklanjuti melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat. "Jika kita melihat DNA dari muda bisa diketahui seseorang berpotensi terkena penyakit apa di masa depan, ini sangat luar biasa. Dan jika bisa dikembangkan lebih lanjut peluang Indonesia mendeteksi penyakit lebih awal bisa terjadi sehingga pencegahannya bisa jauh lebih baik," ujarnya.�(**/PRO2)
Berikan Komentar
Pasalnya, menurut catatan Nyonya Lee tak pernah dua kali...
22202
Lampung Selatan
2089
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia