TOSARI (Lampungpro.com)-Masyarakat suku Tengger, Gunung Bromo merayakan Hari Raya�Karo. Perayaan tersebut digelar sampai 10 September dengan melakukan berbagai aktivitas.
Hari raya kedua atau Karo, yang dirayakan setiap tanggal 15 bulan kedua menurut penanggalan Suku Tengger ini, tentu saja menjadi magnit tersendiri baik bagi para wisatawan lokal maupun asing. Lantaran pada hari raya Karo ini juga ditampilkan berbagai bentuk kesenian lokal suku Tengger yang menyertai ritual hari raya Karo.
Sebenarnya upacara Hari Raya Karo telah dimulai sejak Selasa lalu (6/9) puncaknya pada hari Minggu (10/9). Perayaan Karo hari Raya suku Tengger setelah Kesadha, merupakan wujud rasa syukur warga Tengger terhadap leluhur.
Sebelumnya, para temanten itu mengikuti ritual memohon pangestu punden atau restu pemilik makam. Setelah itu, temanten diarak menuju balai Desa Tosari. Dalam tarian itu, masingmasing penari membawa sebuah tongkat bambu berserabut kelapa yang didalamnya terdapat biji-bijian dari palawija.
Bagi kalangan masyarakat suku Tengger, biji-bijian yang dipecahkan dari dalam tongkat itu, dipercaya akan memberikan kelestarian keturunan bagi setiap pasangan. Sedikitnya, ada 13 kelompok temanten Sodoran dalam ritual tersebut.
Belasan kelompok itu berasal dari Kecamatan Tosari, Kecamatan Puspo dan Kecamatan Tutur. Menurut Warnoto, tradisi Karo itu memang telah menjadi agenda keagamaan setiap tahun. Dari masa ke masa, jalannya tradisi tersebut memang tak ada perbedaan.
Sejak dimulainya upacara tradisi Hari Raya Karo Selasa lalu ada beberapa tahapan rangkaian ritual dengan ditampilkannya Tari Sodoran sebagai puncak acara pembukaan itu. Pada acara pembukaan Karo diawali dengan ritual Walagara dan Kayapan Agung. Ritual ini dimaksudkan untuk menyucikan alam semesta.
Prosesi ritual keagamaan berlanjut dengan pembukaan jimat klontong, yaitu pusaka masyarakat suku Tengger. Pembukaan jimat ini dilakukan setahun sekali setiap hari raya Karo. Di dalam jimat klontong itu berisi uang satak, pakaian kuno, mantra dan sebagainya.
Selanjutnya sampai Minggu (10/9) nanti secara individu penganut Hindu Tengger melanjutkan prosesi ritual upacara santi yakni, sebuah ritual yang mempunyai makna memuliakan para leluhur suku tengger yaitu Joko Seger dan Roro Anteng dan seluruh kerabat dalam suku Tengger yang telah meninggal. Ritual santi ini dilakukan secara masal Kamis (7/9) baru kemudian dilanjutkan upacara santi di rumah masing-masing hingga Minggu.
Selama pelaksanaan Hari Raya Karo itu, sejumlah pementasan kesenian budaya lokal yang merupakan dari prosesi ritual cukup mengundang para wisman yang memang sudah menjadualkan untuk menyaksikan tradisi hari Raya Karo.
Selain bisa menyaksikan Tari Sodoran pada pembukaan Hari Raya Karo, pada Kamis (7/9) para wisatawan lokal dan mancanegara mendapat suguhan Wayang Topeng Tengger dan ujungan berlokasi di balai Desa Tosari. Akhir dari Hari Raya Karo pada Minggu (10/9) akan ditampilkan jaran kepang Dor.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi kegiatan budaya itu. Kekuatan pariwisata Indonesia salah satunya adalah budaya. "Jadi kembangkan terus kekayaan budaya Nusantara,"�ujar�Arief Yahya. (*)
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4149
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia