BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Perum Bulog Kantor Wilayah Lampung menargetkan pembelian 78.000 ton jagung di seluruh Lampung. Bulog membeli jagung petani Rp5.500 per kilogram dengan kadar air 14% dan kadar aflatoksin 50 ppb.
Hal itu disampaikan Pimpinan Wilayah Perum Bulog Kanwil Lampung Nurman Susilo, menanggapi anjloknya harga jual jagung kering di Lampung Timur. "Kami beli jagung kering dan.segera kami kordinasikan dengan Bulog Cabang Metro," kata Nurman Susilo, kepada Lampungpro.co, di Bandar Lampung, Kamis (15/5/2025).
Menurut Nurman, harga tersebut sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp5.500 per kilogram. Penetapan ini diatur melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 18 Tahun 2025.
HPP jagung ini digunakan oleh Bulog untuk menyerap hasil panen petani untuk memperkuat stok Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) Untuk itu, Perum Bulog mendapat penugasan menyerap maksimal 1 juta ton jagung sepanjang 2025 dengan HPP Rp5.500 per kilogram.
Menurut Nurman Susilo, target penyerapan 70 ribu ton itu untuk seluruh sentra jagung di Lampung. Dia mengatakan penyerapan jagung sudah mulai berjalan di Lampung.
"Hingga kini, penyerapan kurang lebih 18 ribu ton. Target penyerapan di semua wilayah, terutama wilayah sentra," kata Nurman.
KLIK DAN BACA BERITA SEBELUMNYA: Bulog tak Kunjung Beli, Harga Jagung di Lampung Timur Anjlok dan Dibiarkan Membusuk
Sebelumnya, petani jagung di Lampung Timur menjerit seiring terus turunnya harga di tengah musim panen. Petani jagung di Desa Banjar Agung, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Tori (46) mengemukakan harga jagung terus melorot dalam dua bulan terakhir.
"Harga jagung turun hingga menyentuh Rp3.800–Rp4.200 per kilogram," kata Tori dalam keterangannya di Sekampung Udik, Lampung Timur, Selasa (13/5/2025).
Akibatnya, tumpukan jagung dibiarkan tergeletak di halaman rumah, sebagian bahkan membusuk karena tak laku dijual. Tori mengaku kecewa melihat kondisi ini dan membuat petani berada di ujung tanduk. “Jagung numpuk, harga anjlok, pembeli nggak ada. Mau jual ke siapa? Bulog juga diam saja,” keluhnya.
Menurutnya, tak sedikit petani yang memilih membiarkan ladangnya tak dipanen. Bukan karena malas, tapi karena hasil panen tak mampu menutupi ongkos tanam dan panen. Jika terus dipaksakan, kerugian hanya akan makin besar.
Tak hanya petani, para agen jagung pun ikut terkena imbas. Maryanto (47), agen jagung di daerah tersebut, mengatakan situasi ini memukul semua pelaku rantai distribusi. “Kami bingung mau beli jagung petani dengan harga berapa. Tanpa campur tangan Bulog, pasar jadi liar,” ujar Maryanto.
Ia menjelaskan, saat Bulog tak menyerap, pabrik besar leluasa menurunkan harga beli. "Tak ada lagi patokan resmi, tak ada lagi perlindungan. Semuanya serba tak pasti," ujar Maryanto. (***)
Editor Amiruddin Sormin
Berikan Komentar
Pariwisata memang butuh ikon, tapi tak harus menimbulkan keriuhan...
4143
Tulang Bawang
8186
Lampung Selatan
5181
Lampung Selatan
3703
155
15-May-2025
144
15-May-2025
182
15-May-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia