Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

PkM Dosen Polinela Bantu Peternak di Bandar Lampung Atasi Masalah Penyakit Sapi dan Limbah
Lampungpro.co, 17-Oct-2025

Sandy 2369

Share

Tim Dosen PkM Polinela bersama Gapoktan Harapan Makmur Rajabasa, Bandar Lampung | LAMPUNGPRO.CO/Ist

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co) : Usaha peternakan sapi di wilayah perkotaan bukan tanpa tantangan. Selain harus bergulat dengan keterbatasan lahan dan tingginya biaya pakan, para peternak juga dihadapkan pada persoalan serius terkait kesehatan ternak dan pengelolaan limbah di lingkungan padat penduduk.

Kondisi itu pula yang tengah dihadapi Gapoktan Harapan Makmur di Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang menaungi lima kelompok tani-ternak ini melaporkan meningkatnya kasus penyakit non-infeksius seperti lumpuh pasca melahirkan dan kembung pada sapi, yang dipicu oleh manajemen nutrisi yang belum optimal.

“Masalah lumpuh dan kembung ini sering membuat kami rugi besar. Ditambah lagi limbah feses yang baunya mengundang komplain dari tetangga,” ujar salah satu pengurus Gapoktan.

Selain itu, ancaman penyakit infeksius seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) juga masih membayangi. Kedua penyakit ini bukan hanya menurunkan produktivitas ternak, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak.

Polinela Turun Tangan: Dua Strategi Utama

Menanggapi situasi tersebut, Tim Dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) meluncurkan program pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang menyasar peningkatan ketahanan peternakan urban secara menyeluruh.


Tim ini dipimpin oleh Ir. Imelda Panjaitan, M.Si dan beranggotakan sejumlah dosen lintas bidang, antara lain Tri Rumiyani, S.Pt., M.Sc., Cintia Agustin P., S.Pt., M.Si., Anjar Sofiana, S.Pt., M.Si., Dr. Ghoffar Husnu, S.Pt., M.P., Susanti, S.Pt., M.P., Herdyon Banu, S.Pt., M.Sc., Mutia Rizkia S., S.Tr.Pt., M.Tr.P., drh. Luh Putu Nadya S., M.Si., Dr. Ir. Suraya Kahfi S., M.T.A., dan Dr. Ir. Yana Sukaryana, M.P.

Program tersebut berfokus pada dua pilar utama: mitigasi penyakit prioritas dan inovasi pengelolaan limbah ternak.

1. Mitigasi Penyakit Prioritas

Pada tahap pertama, tim Polinela memberikan pendampingan intensif kepada peternak terkait manajemen nutrisi sapi bunting agar terhindar dari kelumpuhan pasca melahirkan. Peternak juga dilatih mengenai pemberian pakan yang seimbang untuk mencegah kasus kembung.

Selain itu, program ini menekankan pentingnya biosekuriti dan sanitasi kandang, termasuk desinfeksi rutin dan kebersihan area peternakan. Polinela juga mendukung vaksinasi massal terhadap PMK dan LSD serta membentuk Tim Kader Kesehatan Ternak dari anggota Gapoktan. Tim ini bertugas melakukan pemantauan harian, deteksi dini penyakit, serta penanganan pertolongan pertama sebelum dokter hewan tiba.

2. Inovasi Pengelolaan Limbah Ternak

Masalah limbah sapi yang selama ini menimbulkan bau tak sedap kini diubah menjadi sumber daya baru. Polinela memperkenalkan teknologi pengolahan feses menjadi pupuk organik melalui proses komposting dan fermentasi.

Langkah ini tak hanya mengatasi persoalan lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi peternak. Program tersebut disinergikan dengan peran Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam Gapoktan Harapan Makmur.

Feses sapi yang telah diolah menjadi kompos digunakan oleh KWT untuk budidaya sayuran di pekarangan rumah, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, sekaligus mendukung konsep urban farming berkelanjutan.

Mewujudkan Ekosistem Pertanian-Perternakan Perkotaan

Ketua Tim PkM Polinela, Imelda Panjaitan, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menyelesaikan masalah kesehatan ternak secara individu, tetapi juga membangun sistem peternakan perkotaan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

“Kami berharap melalui pendampingan ini, kesehatan ternak di Gapoktan Harapan Makmur meningkat, kerugian akibat penyakit berkurang, dan lingkungan sekitar menjadi lebih nyaman karena limbah sudah diolah menjadi sumber daya,” ujar Imelda.

Menurutnya, integrasi antara peternak dan KWT menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pertanian-peternakan yang saling mendukung. “Limbah bukan lagi masalah, tapi bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi peternak dan masyarakat,” tambahnya.

Program ini terlaksana berkat dukungan pendanaan dari DIPA Polinela Tahun Anggaran 2025, dan diharapkan dapat menjadi model pengelolaan peternakan urban berkelanjutan di Bandar Lampung dan kota-kota lain di Indonesia. (***)

Editor : Sandy,

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Kenangan dan Kepergian

Bang Amiruddin Sormin namaya. Dari situlah, awal perkenalan kami,...

12525


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved