Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Rektor UIN Raden Intan Lampung Nilai Pesantren dan Santri Penjaga Peradaban dan Pilar Kemajuan Bangsa
Lampungpro.co, 17-Nov-2025

Febri 381

Share

UIN Raden Intan Lampung Tuan Rumah Halaqah | Lampungpro.co/Dok UIN

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Prof. H. Wan Jamaluddin Z., M.Ag., Ph.D menegaskan, pesantren dan para santri merupakan kekuatan utama yang menjaga keberlanjutan peradaban Islam sekaligus fondasi kemajuan bangsa.

Hal itu disampaikannya dalam Halaqah Penguatan Kelembagaan Pesantren yang digelar di Ballroom UIN Raden Intan Lampung pada Sabtu (15/11/2025), sebagai bagian dari syukur atas lahirnya Direktorat Jenderal Pesantren Kementerian Agama RI.

Rektor mengawali sambutannya dengan menyampaikan terima kasih kepada Dirjen Pendis yang telah mempercayakan UIN Raden Intan Lampung menjadi tuan rumah penyelenggaraan halaqah.

Menurutnya, kehadiran seluruh peserta sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam merawat tradisi pesantren, memperkuat kelembagaan, dan menjamin keberlanjutan nilai-nilai Islam yang ramah, inklusif, dan berkeadaban.

"Halaqah ini adalah momentum yang sangat bersejarah. Tidak setiap generasi diberi kesempatan menyaksikan fase penting seperti lahirnya Ditjen Pesantren," tegas Prof. Wan Jamaluddin.

Rektor menilai, hampir seluruh pimpinan UIN RIL merupakan alumni pesantren, mulai dari rektor, wakil rektor, dekan, hingga kepala biro. Menurutnya, hal itu menjadi kekuatan yang membawa kampus berkembang pesat dan meraih berbagai penghargaan.

"Maka wajar, di tangan para santri yang kini mengemban amanah di perguruan tinggi, kampus ini bertabur prestasi, menjadi kampus paling hijau, paling lestari, dan berkelanjutan. Semua didesain, dipikir, ditulis, dan dipertahankan oleh tangan-tangan santri yang kini menjadi profesor, doktor, magister, dan seterusnya," ujar Prof. Wan Jamaluddin.

Pada kesempatan tersebut, Guru Besar Bidang Sejarah Peradaban Islam itu menguraikan bagaimana pesantren telah berulang kali membuktikan diri sebagai institusi paling tahan banting dalam sejarah nusantara.

Ia pun mengutip pandangan orientalis Eropa, yang heran melihat islam tetap berdiri kokoh setelah kejatuhan Baghdad pada tahun 1258 Masehi.

"Banyak yang mengira islam habis dan punah, seiring runtuhnya peradaban Abbasiyah dan Umayyah. Namun justru muncul kekuatan baru, wajah islam dalam bentuk kekuatan kultural melalui lembaga pendidikan keagamaan, dan gerakan tarekat tasawuf atau sufisme," ujar Prof. Wan Jamaluddin.

Rektor menyebut, kutipan buku The History of Islamic Civilization yang menjelaskan bahwa meski kekuasaan islam runtuh, kekuatannya lahir kembali melalui lembaga-lembaga pendidikan yang otentik, termasuk pesantren, surau, dan majelis-majelis ulama.

Prof. Wan Jamaluddin kemudian memaparkan bagaimana abad ke-13 melahirkan pusat-pusat peradaban Islam di berbagai wilayah, termasuk nusantara, melalui jaringan para syekh dan guru tarekat.

Ia menilai, tarekat Sammaniyah di Palembang dan Lampung, Naqsyabandiyah di Tanah Jawa, Syadziliyah, hingga Watiah di Kalimantan dan Sulawesi.

Semua gerakan itu berbasis pada pendidikan pesantren yang bernuansa sufisme, sekaligus menjadi kunci kekuatan yang melahirkan berbagai perlawanan besar dalam sejarah.

"Inilah jawabannya kenapa ada Perang Diponegoro yang mengguncang dunia. Perlawanan itu lahir dari basis pesantren dan kekuatan tarekat," sebut Prof. Wan Jamaluddin.

Alumni Doktoral Rusia ini menganggap, Lampung adalah salah satu wilayah yang memiliki sejarah kuat dalam perjuangan melalui pesantren. Peristiwa Agresi Militer Belanda 1947, saat bumi Lampung berhasil dipertahankan oleh para kiai dan santri.

Ia menceritakan perjuangan KH Ahmad Hanafiah dari Sukadana bersama Pasukan Golok yang menghadang Belanda di Muara Enim dan Baturaja agar tidak masuk ke Lampung. Pada agresi kedua tahun 1949, perjuangan dipimpin oleh almarhum KH Muhammad Ghalib di Pringsewu.

Rektor kembali memaparkan, pesantren memiliki dua kutub besar yaitu tradisi dan transformasi. Menurutnya, pesantren adalah jembatan yang mampu menghubungkan keduanya. Namun jembatan itu harus diperkuat, diperluas, dan diperbaharui agar tetap kokoh menghadapi derasnya arus perubahan global.

Oleh karena itu, kata alumni Pondok Pesantren Darussalam Lampung ini, tema penguatan kelembagaan dianggapnya sangat relevan untuk memastikan pesantren tetap menjadi pusat peradaban ilmu yang otoritatif dan berpengaruh.

Perlunya desain besar yang menggabungkan kekuatan tradisi dan inovasi, sebagaimana dilakukan UIN Raden Intan sejak transformasi dari IAIN menjadi UIN pada 2017.

UIN Raden Intan Lampung kini memiliki salah satu jumlah guru besar terbanyak di PTKIN se-Sumatera. Digitalisasi dan peningkatan SDM adalah kebutuhan yang juga harus diadopsi pesantren.

Dengan hadirnya Direktorat Jenderal Pesantren, ia berharap kolaborasi antara pesantren dengan stakeholder lainnya termasuk perguruan tinggi semakin meningkat.

Editor : Febri Arianto

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Kenangan dan Kepergian

Bang Amiruddin Sormin namaya. Dari situlah, awal perkenalan kami,...

26195


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved