Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Wina Armada dan Cahaya Sore yang Tak Pernah Pudar
Lampungpro.co, 04-Jul-2025

Amiruddin Sormin 603

Share

Ilustrasi Wina Armada Sukardi. LAMPUNGPRO.CO

Di dunia podcast, ia juga hidup. Podcast Sembilan, namanya. Suaranya jernih, argumentasinya tegas tapi jenaka. Ia bisa memotong debat dengan satu kalimat yang membuat semua tertawa, tapi tetap menjaga arah. Dalam forum uji kompetensi wartawan, ia menjadikan dunia sebagai ruang dengar—tempat kebisingan ditarik kembali ke hening dan nalar.

Pernah, saat kami menikmati durian di Way Halim, Lampung, ia mencermati logat pedagang. “Diksi Banten-nya malah dominan ya,” katanya lirih. Wina tak pernah benar-benar libur mengamati.

Banyak sekali kenangan. Tapi malam ini saya tak hendak mengumpulkan semuanya. Saya hanya ingin mengatakan satu hal: bahwa kematian, sebagaimana fisika kuantum mengajarkan, datang seperti gelombang-partikel—tak tampak, lalu tiba-tiba menjadi kesadaran.

Pernah dalam satu percakapan larut malam di Batam, ia berkata, “Kullu nafsin dza’iqatul maut.” Tiap jiwa pasti akan merasakan mati. Baginya itu bukan ancaman, tapi pengingat.

Rumi menulis: “Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form.” Dan saya percaya, energi Wina tak benar-benar hilang. Ia hanya berganti rupa—menjadi keberanian seorang jurnalis muda, menjelma dalam ketegasan hakim yang membela kebebasan pers.

Seneca menulis, “Death is the end of all, and yet the beginning of peace.” Maka saya menerimanya bukan sebagai akhir, tapi sebagai transisi—dari sahabat yang bisa saya telepon kapan saja, menjadi sahabat yang kini hanya bisa saya ajak bicara dalam diam.

#

Kehilangan bukan soal siapa yang pergi, tapi tentang ruang yang ditinggalkan. Dan ruang yang Wina tinggalkan, terasa luas sekali.

1 2 3 4

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya

Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved