BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Guru Besar Pertanian Universitas Lampung, Prof. Dr. Bustanul Arifin, memberikan catatan khusus untuk Gubernur-Wakil Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela (Mirza-Jihan) dalam memimpin Lampung lima tahun ke depan. Dia meminta agar Mirza-Jihan memaksimalkan program Makan Bergizi Gratis (BMG) untuk mendongkrak sektor pertanian Lampung.
Pasalnya, secara nasional ekonomi Indonesia pada kuarta tiga 2024 masih tumbuh 4,95%. Sedangkan sektor pertanian hanya tumbuh 1,69% (year on year). "Dengan partumbuhan 1,69%, pertanian belum bisa dijadikan andalan untuk pengentasan kemiskinan, penyerap lapangan kerja, dan pembangunan sumber daya manusia," kata Bustanul Arifin, pada diskusi pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Lampung di Gedung Rektorat Universitas Bandar Lampung, Jumat (10/1/2025).
Daya dorong MBG, menurut Bustanul yang juga Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), cukup tinggi untuk mendongkrak pertanian Lampung, mengingat Lampung berada pada posisi ke-12 penerima program MBG dengan sasaran 2.051.673 peserta. "Sektor pertanian menyediakan seluruh komponen gizi program MBG seperti karbohidrat, lemak, protein, dan serat. Semua itu ada di Lampung, kecuali susu yang masih harus didatangkan dari luar," kata Bustanul Arifin.
Pada diskusi bertema 'Pembangunan Ketahanan Pangan' itu, dia meminta agar Lampung memanfaatkan kebutuhan karbohidrat seperti jagung, kentang, singkong, dan beras. Demikian halnya dengan kebutuhan lemak seperti kedelai, daging sapi, alpukat, dan kacang tanah. Kemudian, protein seperti susu sapi, susu organic, telur, ikan, daging sapi, dan ayam. Selain itu, kebutuhan serat yakni jeruk, bayam, wortel, dan pisang yang semuanya melimpah di Lampung.
Bustanul yang juga dosen Pascasarjana Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) itu, memberikan catatan Pemprov Lampung tak usah terlalu berambisi mencetak lahan pertanian baru. Tapi mengintensifkan lahan pertanian yang ada dengan pendekatan pertanian presisi.
"Memantangkan lahan pertanian itu butuh Waktu minimal tiga tahun agar stabil berproduksi. Sekarang banyak model pertanian berbasis teknologi informasi dengan kolaborasi multistakeholder," kata Bustanul.
Tantangan pertanian Lampung, kata dia, adalah meningkatkan produksi padi yang sejak era pemerintahan Presiden Soeharto, tampak melandai dan kalah dari Vietnam. Selain, intensifikasi lahan, peningkatan produksi beras juga melalui pemakaian bibit unggul yang masih banyak belum dipakai. Dia memerinci, dari 530 varietas unggul benih padi yang dilepas, hanya 155 yang ditanam petani dengan varietas facorit yakni Impari 12 HDB, Ciherang, dan Mekongga.
"Petani memerlukan insentif untuk inovasi baru, perubahan teknologi, penggunaan input efisien seperti benih ungul, pupuk, dan pemupukan. Kemudian smart farming, pertanian presisi, sistem irigasi, dan digitalisasi," ujar Bustanul yang juga Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat itu.
Dalam mendukung kesuksesan MBG, dia memberikan catatan kepada Mirza-Jihan untuk mengembangkan ekosistem persusuan dan ekosistem pengembangan sapi potong. Di akhir paparannya, Bustanul memberikan beberapa catatan untuk Lampung dalam mendukung Ketahanan Pangan yang menjadi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto-GIbran Rakabuming Raka.
Ketahanan pangan memiliki tiga dimensi penting yakni ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan. Sebelumnya, kata dia, ketersediaan sempat pulih, tapi terhantam El-Nino.
Peningkatan produktivitas dan perbaikan kesejahteraan petani memerlukan penguatan kelembagaan petani melalui pendampingan dan bimbingan teknis yang dilakukan penyuluh petanian. Pembenahan tataniaga dan sistem perdagangan dalam negeri, dilengkapi investasi pengolahan di sentra produksi, untuk industrialisasi perdesaan.
Dukungan digitalisasi rantai nilai untuk keberdayaan petani, perbaikan system informasi pasar, pasca panen, rantai dingin, stabilitasas, dan kepastian Harga/ "Lampung sebagai Bumi Agribisnis sentra produksi pangan memiliki tanggung jawab seimbang antara membela petani dan membela konsumen pangan," kata Bustanul.
Program MBG tetap memerlukan dukungan segenap lapisan masyarakat, bukan hanya urusan teknis pemenuhan gizi pangan, tapi pelaksanaan, pemantauan, penguatan kelembagaan, pertukaran informasi. "Pemerintahan baru telah merekrut ratusan, bahkan ribuan generasi muda
untuk mendukung Program MBG. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan," tutup Bustanul Arifin, pada diskusi yang dipandu Prof. Dr. Wan Abbas Zakaria itu. (***)
Editor: Amiruddin Sormin
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
348
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia