Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Dewi Peri Pikat Ratusan Wisatawan Berkunjung ke Jogja
Lampungpro.co, 16-May-2017

1203

Share

Untuk paket 4H3M lebih lengkap lagi. Wisatawan juga mendapatkan tambahan fun game seperti permainan outbond dan malam api unggun atau spontanitas. "Biaya-biaya tersebut sudah termasuk menginap dan makan 3x di homestay, welcome dance, fasilitator kegiatan, penggunaan aula, lapangan, soundsystem dan perlengkapan acara yang diperlukan," ujar Doto.

Dewi Peri merupakan pilot projects konsep Community Based Tourism. Keterlibatan masyarakat dalam pariwisata dan mendapat manfaat langsung darinya begitu nyata. Selain mendapat pendapatan dari sewa homestay, warga bisa mendapatkan uang dari pekerjaan sehari-hari yang menjadi atraksi wisata.

"Misalnya dia petani kopi. Lalu saat bekerja menyangrai atau menumbuk kopi ada wisatawan yang melihat atau ikut aktivitasnya, maka petani itu akan mendapat bayaran dari setiap tamu yang bersama dia," ujar Doto.

Prinsipnya, semua keterlibatan warga dihargai dalam menggerakkan Dewi Peri. Karena profesi kehidupan mereka sesungguhnya adalah petani atau peternak. Kalau mereka meninggalkan pekerjaan dia sebagai petani untuk terlibat melayani tamu, maka ada kompensasi yang harus diterimakan.

Keterlibatan masyarakat juga terlihat dalam penyediaan makan untuk para tamu. Makanan ini dikelola oleh Ibu-ibu Dasa Wisma (PKK). Maka pada saat makan siang, jika disajikan prasmanan akan terlihat ibu-ibu menata meja panjang dan menu makan di atasnya. Kalau makan dalam bentuk nasi boks atau nasi bungkus, maka akan terlihat "pasukan" pengantar makan dengan motor yang membawa nasi bungkus melakukan droping.

Mereka yang menjadi pemandu, pendamping outbond, kerajinan janur, berlatih gamelan dan lainnya, mendapatkan bagian secara jelas dari Pokdarwis. Semuanya sudah ada aturan bakunya.

Dengan pola ini, hingga tahun 2016, sudah 80 persen masyarakat sudah menikmati multiplying effect pariwisata. Omset per tahun juga terus meningkat. Saat merintis awal pada tahun 2008 hanya 80 juta/tahun, pada 2009 melonjak menjadi Rp 250 juta. Kemudian menjadi Rp 500 juta pada 2010 dan Rp 600 juta pada 2014 dan sekitar Rp 2 Miliar pada tahun 2016.

1 2 3 4

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

19496


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved