BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com): Fenomena membekunya buliran embun di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung tak sekadar memantulkan panorama nan memesona. Namun, kristal-kristal kecil tersebut justru menjadi perusak bagi tanaman teh dan kentang.
Sebagaimana diketahui, wilayah Kertasari sebagian besar lahannya adalah kebun teh. Di Desa Tarumajaya misalnya, ada Pabrik Teh Kertasarie yang dikelola PTPP London Sumatera Indonesia Tbk. Warga sekitar sering menyebutnya Lonsum.
Pabrik Teh Kertasarie merupakan bangunan pabrik yang memiliki ukuran cukup besar. Bangunan utama pabrik memperlihatkan arsitektur bangunan bergaya art deco, sebuah gaya bangunan yang berkembang sekitar tahun 1920-1930.
Berada di ketinggian 1.644 meter di atas permukaan laut, udara di sekitar kebun teh di sini terasa sejuk dengan panorama alam pegunungan yang begitu indah. Namun demikian, peralihan musim kemarau seperti sekarang menimbulkan fenomena alam berupa embun es yang menyelimuti perkebunan teh di kecamatan yang tersambung dengan wilayah Pangalengan itu. Tampak bagian pucuk teh mengering dan menghitam.
Menurut salah seorang mandor perkebunan teh, Igin (64), dampak itu dari peralihan musim sehingga membuat daun teh menjadi kering dan hitam. "Biasanya masih dipetik, tapi nanti disortir. Kita ambil yang bisa dipanen karena tidak semuanya menghitam," kata Igin saat ditemui Kamis (18/7/2019).
Dampak dari buruknya kondisi daun teh ini sangat merugikan buruh petik seperti Uga (46). Ditemui saat akan bertugas di lapangan sekitar pukul 06.00 WIB, Uga mengaku mendapat kerugian karena efek menghitamnya daun teh. "Kalau pucuk daunnya kering dan hitam seperti ini, pendapatan jadi berkurang," katanya.
Uga tak menyebutkan berapa besar kerugian yang ia tanggung. Namun yang pasti, saat kemarau pendapatannya selalu menurun drastis. "Biasanya satu hari bisa dapat 100 (kilogram) pucuk, tapi kalau sekarang 30 (kilogram) juga sudah untung," ujarnya.
Adapun harga per pucuk teh, bervariatif tergantung kualitas dan mutu pucuk teh yang dipanen. Nilai teh 60-65 per kilonya dihargai Rp425. Sedangkan nilai 55 per kilonya Rp200, dan mutu rendah dengan nilai 51 sekitar Rp40. (***/PRO3)
#Berikan Komentar
Advetorial
704
682
13-Jul-2025
649
13-Jul-2025
704
13-Jul-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia