Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Hingga Maret 2025, BPS Catat Angka Kemiskinan di Lampung Turun 52 Ribu Orang
Lampungpro.co, 26-Jul-2025

Febri 902

Share

Pemprov Lampung Saat Rakor Dengan BPS Lampung | Lampungpro.co/Dok Kominfo

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, angka kemiskinan di Lampung untuk periode Maret 2025, menunjukkan tren positif dalam upaya pengentasan kemiskinan, dengan penurunan signifikan pada tingkat dan jumlah penduduk miskin, serta perbaikan pada indikator ketimpangan.

Kepala BPS Lampung, Ahmad Riswan Nasution mengatakan, tingkat kemiskinan Lampung pada Maret 2025 tercatat sebesar 10,00 persen, menurun 0,62 persen poin dibandingkan September 2024. Penurunan ini, berkorelasi positif dengan kondisi makroekonomi Lampung yang stabil dan membaik.

"Jumlah penduduk miskin Lampung pada Maret 2025 mencapai 887,02 ribu orang, ini artinya telah berkurang 52,3 ribu orang dibandingkan September 2024," kata Ahmad Riswan Nasution dalam keterangannya, Jumat (25/7/2025).

BPS mencatat, ada beberapa fenomena ekonomi yang melatarbelakangi penurunan tingkat kemiskinan di Lampung antara September 2024 hingga Maret 2025.

Hal itu disebabkan angka Inflasi secara year on year atau dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari 2,16 persen pada September 2024 menjadi 1,58 persen pada Maret 2025, atau terjadi penurunan sekitar 0,58 persen poin.

"Kondisi ekonomi Lampung juga menunjukkan pertumbuhan impresif, dengan pertumbuhan ekonomi year-on-year Triwulan I 2025 mencapai 5,47 persen, diiringi pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,06 persen," ujar Ahmad Riswan Nasution.

Sektor pertanian juga menunjukkan perbaikan, ditandai dengan kenaikan harga Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 0,12 persen dan peningkatan produktivitas padi pada Maret 2025 sebesar 0,98 kw/ha dibandingkan September 2024.

Dari sisi ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2025 turun 0,12 persen dibandingkan Agustus 2024, mengindikasikan adanya perbaikan pada pasar tenaga kerja.

Pada Maret 2025, Garis Kemiskinan (GK) Lampung tercatat sebesar Rp612.451 perkapita perbulan, meningkat 2,24 persen dibandingkan September 2024. GK didominasi oleh pengeluaran untuk kebutuhan makanan sebesar 74,76 persen, sementara sisanya 25,24 persen untuk non-makanan.

"Terlihat share kelompok makanan terhadap garis kemiskinan lebih besar dibandingkan bukan makanan. Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, komposisi makanan sedikit menurun dan ini bisa juga menunjukkan terjadi pergeseran, dari konsumsi makanan dan non makanan selama enam bulan berselang," ungkap Ahmad Riswan.

Berdasarkan wilayah, garis kemiskinan perkotaan pada Maret 2025 Rp659.660 (naik 0,61 persen) dan perdesaan Rp588.958 (naik 3,00 persen) dibandingkan September 2024.

Ada pun komoditas utama yang berpengaruh besar terhadap pembentukan garis kemiskinan pada Maret 2025 meliputi kelompok makanan beras (19,22 persen di perkotaan dan 23,09 persen di perdesaan), rokok kretek filter (14,80 persen di perkotaan dan 11,80 persen di perdesaan), telur ayam (4,24 persen di perkotaan dan 4,06 persen di perdesaan), serta tempe (2,50 persen di perkotaan dan 2,37 persen di perdesaan).

Kelompok non makanan untuk perumahan (7,78 persen di perkotaan dan 7,94 perse  di perdesaan), bensin (3,76 persen di perkotaan dan 3,51 persen di perdesaan), listrik (2,75 persen di perkotaan dan 2,16 persen di perdesaan), serta pendidikan (2,71 persen di perkotaan dan 1,49 persen di perdesaan).

Meskipun terjadi penurunan, tingkat kemiskinan di Lampung masih terkonsentrasi di wilayah perdesaan 74,16 persen sedangkan di perkotaan sebesar 25,84 persen.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurun signifikan dari 1,744 pada September 2024 menjadi 1,539 pada Maret 2025, yang menunjukkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekat ke garis kemiskinan, dengan perbaikan tajam terutama di perkotaan.

Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Lampung turun menjadi 0,344 pada Maret 2025, mengindikasikan ketimpangan pengeluaran antara penduduk miskin semakin menyempit, dengan penurunan paling signifikan terjadi di wilayah perkotaan.

Ketimpangan Pengeluaran Menurun dengan Gini Ratio dan Pemerataan Pendapatan Gini Ratio Lampung juga menunjukkan kabar baik, menurun menjadi 0,292 pada Maret 2025.

Angka tersebut, turut mencerminkan penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran antar penduduk. Penurunan paling tajam terjadi di perdesaan, menunjukkan pemerataan pengeluaran yang membaik.

Tren Gini Ratio yang stabil dan cenderung menurun sejak 2022 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Pada Maret 2025, porsi 40 persen penduduk berpenghasilan rendah mengalami peningkatan di perkotaan 21,86 persen maupun perdesaan 23,79 peesen.

Data tersebut, menunjukkan pemerataan pendapatan lapisan bawah membaik. Sebaliknya, porsi pengeluaran kelompok 20 persen terkaya menurun, terutama di perdesaan, dimana penduduk kelas menengah juga mengalami peningkatan peran ekonomi. (***)

#

Editor : Febri Arianto

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya

Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved