JAKARTA (Lampungpro.com)-Menteri Usaha Kecil, Inovasi dan Perdagangan Negara Bagian Victoria Australia, H.E Hon Philip Dalidakis mengunjungi Menteri Pariwisata RI Arief Yahya di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Rabu (29/3).

Dalam pertemuan yang digelar di lantai 16 Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu, kedua belah pihak mengakui pentingnya kerja sama erat sebagai negara tetangga. Pertemuan itu menghasilkan program strategis Kemenpar-Victoria State.

Philip mengatakan, Indonesia memang merupakan salah satu prioritas dalam kunjungan kerja ke luar negeri. "Hubungan Australia-Indonesia adalah hubungan yang paling penting di kawasan Asia, apalagi banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Melbourne (ibu kota Victoria, red), ujar Philip.

Sejumlah pejabat eselon I Kemenpar juga mendampingi Arief saat menjamu Philip, antara lain Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kemenpar H.M Ahman Sya, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana, serta Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Asia Pasifik, Vinsencius Jemadu.

Sedangkan Arief mengatakan, Australia merupakan pasar penting bagi pariwisata Indonesia. Bahkan, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) asal Australia yang berkunjung ke Indonesia mengalami peningkatan.

Jumlah outbound tourism Australia yang ke Indonesia sudah jauh lebih besar daripada ke New Zealand. Negara yang menggunakan tagline 100 persen Pure New Zealand itu selama bertahun-tahun menjadi favourite bagi travellers Australia. "Sejak Maret 2016, sudah pindah ke Indonesia! Destinasi paling populer Aussie sekarang ke Indonesia," ujar Menteri Arief.

"Australia adalah salah satu pasar pariwisata paling penting bagi Indonesia. Kunjungan wisman Australia ke Indonesia pada tahun 2017 meningkat 21 persen, cukup signifikan dibanding tahun 2016, ujarnya.

Dalam pertemuan itu Menteri Philip juga menyinggung permasalahan mahasiswa yang tidak bisa melakukan pelatihan lintas negara. Namun, Arief punya solusinya.

Arief mengatakan, kementerian yang dipimpinnya bisa menjalin kerja sama dengan Negara Bagian Victoria dalam bentuk bentuk pertukaran mahasiswa, dosen, program pendidikan, hingga sertifikasi kompetensi.

Ada program strategis Kemenpar dan Negara Bagian Victoria khusus mahasiswa tingkat diploma, sarjana ataupun pascasarjana. Ada juga program pertukaran selama tiga bulan.

Program lainnya bagi mahasiswa adalah magang (internship) selama enam bulan. Merujuk kerja sama itu maka mahasiswa pariwisata yang akan meraih gelar sarjana harus ikut program magang.

Mahasiswa pariwisata juga dilibatkan dalam penelitian. Kerja sama itu memuat poin tentang keharusan bagi mahasiswa pariwisata meneliti industri turisme untuk meningkatkan kualitas mereka dalam memahami kepariwisataan.

Sedangkan untuk dosen, akan ada pengajar di perguruan tinggi pariwisata di Indonesia yang memperoleh gelar doktor (Ph.D) dari universitas mancanegara. Para dosen juga bisa ikut dalam program pertukaran dalam rangka kerja sama dengan universitas di luar negeri. Tujuan program ini adalah mencocokkan kegiatan akademik dengan pendidikan kepariwisataan.

Kerja sama itu juga menyangkut keterlibatan para dosen dalam penelitian. Para dosen perguruan tinggi pariwisata di Indonesia harus melakukan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan mereka pada isu-isu terkini di industri turisme, sekaligus meningkatkan kualitas daya tarik bagi turis, layanan hotel ataupun komponen kepariwisataan lainnya.

Kemenpar dan Negara Bagian Victoria juga menyepakati kerja sama dalam rangka sertifikasi profesi. Yakni bagi dosen bidang pariwisata dalam bentuk Certified of Hotel Education (CHE), Certified of Hotel Administration (CHA) dan Certified of Food and Beverage Executive (CFBE).