LAMPUNG BARAT (Lampungpro.co) : Siapa bilang biji kopi kualitas rendah hanya pantas jadi limbah? Tim dosen dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela) membuktikan sebaliknya. Melalui bimbingan teknis yang digelar di SMKN 1 Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat, para pendidik dan siswa diajak mengolah biji kopi kualitas rendah menjadi bubuk kopi premium yang siap bersaing di pasar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Polinela. Tim dipimpin oleh Dimas Prakoswo Widiyani, S.P., M.P., bersama para dosen dan peneliti berpengalaman seperti Kresna Shifa Usodri, S.P., M.Si., Supriyanto, S.P., M.Si., Ir. Bambang Utoyo, M.P., Tandaditya Ariefandra Airlangga, S.P., M.Sc., Ir. Made Same, M.P., Ir. Wiwik Indrwati, M.P., Ir. Albertus Sudirman, M.P., Ir. Hamdani, M.Si., Ir. Dewi Riniarti, M.P., Sari Rahayu, S.E., M.P., dan Rizki Pratama Putra, S.Pd.
Selama kegiatan yang berlangsung sejak awal hingga pertengahan Juli 2025 itu, tim Polinela tidak hanya memberi teori, tetapi langsung membimbing peserta di lapangan. Fokus utama adalah mengajarkan teknik pengolahan bertahap—mulai dari penentuan suhu, lama pemanggangan (roasting), hingga evaluasi cita rasa dan aroma.
“Biji kopi undergrade (kualitas rendah) tetap bisa menghasilkan produk berkualitas, asalkan prosesnya tepat dan konsisten. Kuncinya ada pada pengendalian suhu dan waktu roasting,” ujar Dimas pada Senin (11/8/2025).
Berdasarkan riset tim, biji kopi robusta undergrade ukuran campuran (kecil hingga sedang) memiliki kualitas optimal jika dipanggang pada suhu 202 C–205 C selama 8–12 menit. Proses ini menghasilkan cita rasa dan aroma yang stabil tanpa membuat biji gosong.
Tidak hanya itu, peserta juga dikenalkan pada cupping coffee, metode profesional untuk menilai rasa, aroma, dan karakteristik kopi. Dalam sesi ini, para guru, teknisi, dan siswa SMKN 1 Kebun Tebu diajak mencicipi berbagai hasil olahan untuk membandingkan kualitas serta mengenali cacat rasa.
Selain pengolahan, aspek pengemasan dan strategi pemasaran digital turut menjadi perhatian. Tim Polinela mendorong agar produk kopi bubuk hasil pelatihan bisa menjadi brand lokal yang dipasarkan di minimarket maupun melalui Teaching Factory Agribisnis Perkebunan sekolah.
“Ilmu yang diberikan sangat bermanfaat. Siswa jadi paham cara memproses kopi secara profesional, dari biji mentah sampai jadi produk siap jual,” kata Kepala SMKN 1 Kebun Tebu, Sugeng Harianto, S.Pd.
Metode pelatihan yang digunakan mencakup penyuluhan, demonstrasi, konsultasi, hingga evaluasi. Semua dilakukan untuk memastikan peserta memiliki keterampilan teknis yang bisa langsung diterapkan di dunia usaha.
Dengan sentuhan teknologi pengolahan yang tepat, biji kopi undergrade yang selama ini dianggap kurang bernilai kini berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi petani dan sekolah. Lampung Barat, yang terkenal sebagai salah satu sentra kopi di Indonesia, pun semakin punya alasan untuk bangga dengan inovasi ini. (***)
Editor : Sandy,
Berikan Komentar
Tanpa alternatif pengobatan yang beragam, pasien di Lampung akan...
5357
Bandar Lampung
399
Lampung Tengah
722
184
12-Aug-2025
261
12-Aug-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia