Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Produksi Padi Anjlok 13,04%, Ekonomi Lampung Tumbuh Lebih Rendah dari Nasional
Lampungpro.co, 05-Jun-2020

Amiruddin Sormin 1152

Share

Petani menanam padi di Pekon Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Pringsewu, Jumat (5/6/2020). LAMPUNGPRO.CO/AMIRUDDIN SORMIN

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Produksi padi Lampung anjlok 13,04% dari 2,49 juta ton pada 2018 menjadi 2,16 juta ton pada 2019. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Lampung pada kuartal (Januari-Maret) pertama 2020 hanya tumbuh 1,73% atau lebih rendah dari pertumbuhan (growth) nasional sebesar 2,97%.

"Mengapa pertumbuhan ekonomi Lampung lebih rendah nasional, karena pertumbuhan sektor petanian negatif yang minus 2,84% dan pertambangan juga minus 1,5%. Ini sangat besar dampaknya bagi perekonomian Lampung, sekiligus ancaman peningkatan kemiskinan. Ini masalah serius," kata Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin, pada webminas bertema 'Membangun kemandirian pangan daerah dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan pasca Covid-19' Kamis (5/6/2020).

Webminar ini digelar Universitas Lampung menampilkan pembicara Direktur Pascasarjana Unila Wan Abbas Zakaria, Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, dan Ketua Agribisbis Cabai Indonesia Abdul Hamid. Webminar dipandu Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unila Teguh Endaryanto.

Pada kesempatan itu, Bustanul juga mengingatkan Provinsi Lampung perlu bersiap dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah pada kuartal kedua 2020 (April-Juni). Untuk itu, dia merekomendasikan agar Lampung lebih serius membenahi sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan jasa pertanian lainnya.

Menurut Bustanul, pangsa pertanian Lampung yang besar yakni 29,65% dibutuhkan sebagai basis perekonomian Lampung. "Tapi anjloknya sektor industri sebesar 1,41% dan perdagangan 2,68% adalah pukulan berat," kata dia.

Dia menilai transformasi struktula perekonomian di Lampung sangat lamban. "Penggunaan teknologi moderen dna peningkatan nilai tambah perlu menjadi norma baru pasca pandemi Covid-19," kata Bustanul. 

Pada kesempatan itu Bustanul juga menyoroti turunnya harga gabah pada saat panen raya April-Mei 2020. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, rata-rata harga gabah panen (GKP) di tingkat petani turun 10,50%. "Ini menunjukkan kebijakan pengamanan harga berdasarkan Permedag 24/2020 tidak berfungsi baik," kata dia.

Untuk itu, dia merekomendasikan agar Bulog Lampung perlu terus membeli gabah petani dengan insentif harga yang memadai untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. "Pemda perlu melakukan realokasi APBD untuk mitigasi risiko ketahanan pangan dan mendukung kerelawanan masyarakat," kata Bustanul. (PRO1)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

17667


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved