BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.com) : Pemerintah Provinsi Lampung berhasil memperluas sawah hingga 10.000 hektare selama tahun 2017. Saat ini luas total sawah di Lampung mencapai 400.868 hektare, dengan rincian 194.000 hektare sawah irigasi dan 205.000 sawah nonirigasi. Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Hamartoni Ahadis, dalam rapat koordinasi gabungan upsus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (P2PJKI) Provinsi Lampung, di Hotel Horison, Bandar Lampung.

Lampung saat ini memiliki kawasan sawah seluas 400.000 hektare. Dari luas area sawah itu, Lampung berhasil menyumbangkan produksi padi nasional mencapai 5,32% dari total 81 juta ton gabah kering giling (GKG). Selama tahun 2017, Lampung bisa memproduksi 4,3 juta ton GKG atau meningkatkan jumlah menjadi 300 ribu tonn(10,39%) dari tahun 2016 sebanyak 4,02 juta ton, kata Hamartoni, Jumat (19/1/2018).

Ia juga menjelaskan bahwa jumlah produksi padi Lampung pada tahun 2017 setara dengan 2,5 juta ton beras. Dengan jumlah ini, Lampung memiliki Surplus beras sekitar 1,5 juta ton. Dengan jumlah 9,8 juta penduduk, konsumsi beras Lampung hanya sekitar 913.886 ton per tahun. Dengan asusmsi 92,4 kilogram per kapita per tahun. Ini menjadi sebuah keuntungan bagi masyarakat Lampung, jelas dia.

Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Edi Yanto mengatakan, pada tahun 2018 diharapkan produksi padi bisa lebih tinggi dari target. Pemprov sendiri menargetkan 4,45 juta ton GKG, 3,29 juta pipihan kering jagung, dan 199 ribu ton biji kering kedelai. Kita optimis untuk bisa mencapai target ini, kata dia.

Edi Yanto mengungkapkan keoptimisannya karena melihat luas lahan yang tersedia di Lampung. Seperti Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki luas lahan 81.000 hektare dan Lampung Timur 63.000 hektare. Menjadikan kedua daerah ini memiliki lahan terluas di Provinsi Lampung.

Lampung juga memiliki lahan pertanian bukan sawah dengan luas 2,24 juta hektare. Lahan ini terdiri dari lahan perkebunan, ladang, hutan rakyat, pengembalaan, hutan negara, dan lahan tidur. Dengan luasnya lahan ini bukan tidak mungkin kita bisa swasembada pangan, tutup Edi.(REKANZA/PRO4)