JAKARTA (Lampungpro.com)-PT Bank Negara Indonesia (BNI) siap mengembangkan branchless banking atau agen 46 di kawasan wisata Borobudur. Hal ini sejalan dengan konsep "Indonesia Incorporated" yang dicanangkan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Perusahaan plat merah itu berencana menggandeng BUMDes setempat untuk menambah layanan dalam menyalurkan kredit di kuartal dua tahun ini.
Inilah ikon destinasi prioritas di Jawa Tengah dan DIY, kompleks candi terbesar di dunia dan sudah menjadi bangunan warisan budaya yang tercatat UNESCO. Ke depannya, Borobudur bahkan diproyeksikan bakal sanggup mendatangkan dua juta wisman.
BNI akhirnya ikut tergoda untuk mengembangkan Borobudur. Cara yang dipilih, pengembangan branchless banking. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, kinerja BNI di Yogyakarta akan semakin mantap apabila perekonomian masyarakat desa dapat diberdayakan. Karena itu BNI mendukung program Kementerian BUMN untuk mendirikan Balai Ekonomi Desa (Balkondes).
Balkondes itu nantinya akan dibangun di Wanurejo. Tema yang diusung, desa kriya dan budaya. Karenanya BNI akan memfasilitasi para pengrajin seni. Di antaranya seni kriya daur ulang sampah dan abu vulkanik.
"Hasil karya dari daur ulang ini dapat berbentuk souvenir gantungan kunci, hiasan pajangan, topeng, bros dan motif-motif berdasarkan kisah Candi Borobudur," kata Baiquni.
Menteri BUMN, Rini Soemarno mengatakan, Balkondes tersebut dapat mendukung masyarakat sehingga banyak aktivitas yang mendukung desa. Nantinya akan ada 20 desa dengan Balkondes dan home stay, lalu dibikin program dan jadwal sehingga turis bisa mengetahui apa saja kegiatan masing masing Balkondes.
Pembuatan homestay dan Balkondes (Balai Ekonomi Desa) menumbuhkan peluang usaha pariwisata dan bertujuan untuk memperpanjang length of stay wisatawan dengan adanya atraksi baru pada setiap desa. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
"Tak bisa dipungkiri, Candi Borobudur memberi kehidupan untuk masyarakat di sekitarnya. Mulai dari penjual oleh-oleh sampai pemandu wisata, semuanya merupakan masyarakat sekitar," ujar Menteri Rini.
Kebetulan, di belahan bumi manapun, pariwisata tetap jadi primadona. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dari 25 juta (1950), 278 juta (1980), 528 juta (1995), 1,14 miliar (2014), hingga mencapai 1,18 miliar (2015).
"Arahnya sudah benar. Ada Indonesia Incorporated. Akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah dan media harus bersatu. Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh Kementerian atau Lembaga yang ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang," ujar dia.
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
329
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia