Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Catatan untuk Pemerintahan Mirza-Jihan Memimpin Lampung: Bersama Atasi Banjir, Yuk! Manfaatkan Bursa Karbon
Lampungpro.co, 20-Jan-2025

Amiruddin Sormin 265

Share

Gubernur Lampung Terpilih Rahmat Mirzani saat meninjau korban banjir di Way Lunik dan Punduh Pidada, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, Sabtu (18/1/2025). LAMPUNGPRO.CO

Sama dengan asap, air banjir juga tak punya KTP. Dia mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.

Penanganan banjir harus kolaboratif dan multistakeholder. Oleh karena itu amat tepat jika komandan penanganan banjir ini dipegang oleh gubernur. Usai dilantik 7 Februari 2025, dalam 100 hari pemerintahan Gubernur-Wakil Gubenur Lampung Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela (Mirza-Jihan), harus menghasilkan peta jalan (road map) penunggalangan banjir di Lampung.

Menurut Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang juga peneliti banjir, Ir. Arif Rohman, ST, MT, risiko banjir dapat dikurangi dengan strategi atau pendekatan disaster risk reduction (DRR). "Strategi DRR dapat diterapkan melalui berbagai upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep kota spons (sponge city), dan optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan," kata Arif Rohman yang juga Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera, Sabtu (18/1/2025).

Dia menyayangkan banyak kota masih mengandalkan solusi jangka pendek, seperti pompa air dan peninggian tanggul, yang sebenarnya hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar permasalahan. "Banjir adalah bagian dari siklus hidrologi alami. Ketika curah hujan tinggi, air yang turun akan mencari jalannya sendiri, terutama ke daerah yang secara alami merupakan dataran banjir," kata Arif Rohman.

Urbanisasi yang pesat membuat air kehilangan tempat resapan. Sehingga aliran permukaan meningkat drastis dan menyebabkan genangan. "Alih-alih terus menyalahkan cuaca atau kondisi geografis, pendekatan yang lebih tepat adalah memahami bahwa banjir pasti terjadi, tetapi dampaknya bisa dikurangi. Hal ini telah menjadi kesepakatan dalam studi kebencanaan melalui pendekatan pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction atau DRR)," kata dia.

Salah satu kesalahan terbesar dalam memahami banjir yakni menganggapnya sebagai masalah lokal semata. Padahal, kawasan yang tergenang banjir merupakan hasil dari perubahan tata guna lahan di tempat lain.

"Kita sering mendengar bahwa deforestasi di daerah hulu meningkatkan limpasan air ke daerah hilir, sehingga debit sungai meningkat dan memperbesar risiko banjir. Dengan prinsip yang sama, jika banjir terjadi di daerah Way Lunik, Panjang, Bandar Lampung, maka seharusnya pemerintah dapat mengidentifikasi daerah mana saja yang berkontribusi besar dalam mengalirkan air ke sana," kata dia.

1 2 3 4 5 6

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
TPA Sampah Bakung Disegel, Pemkot Bandar Lampung...

Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...

513


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved