Sama dengan asap, air banjir juga tak punya KTP. Dia mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
Penanganan banjir harus kolaboratif dan multistakeholder. Oleh karena itu amat tepat jika komandan penanganan banjir ini dipegang oleh gubernur. Usai dilantik 7 Februari 2025, dalam 100 hari pemerintahan Gubernur-Wakil Gubenur Lampung Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela (Mirza-Jihan), harus menghasilkan peta jalan (road map) penunggalangan banjir di Lampung.
Menurut Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang juga peneliti banjir, Ir. Arif Rohman, ST, MT, risiko banjir dapat dikurangi dengan strategi atau pendekatan disaster risk reduction (DRR). "Strategi DRR dapat diterapkan melalui berbagai upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep kota spons (sponge city), dan optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan," kata Arif Rohman yang juga Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera, Sabtu (18/1/2025).
Dia menyayangkan banyak kota masih mengandalkan solusi jangka pendek, seperti pompa air dan peninggian tanggul, yang sebenarnya hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar permasalahan. "Banjir adalah bagian dari siklus hidrologi alami. Ketika curah hujan tinggi, air yang turun akan mencari jalannya sendiri, terutama ke daerah yang secara alami merupakan dataran banjir," kata Arif Rohman.
Urbanisasi yang pesat membuat air kehilangan tempat resapan. Sehingga aliran permukaan meningkat drastis dan menyebabkan genangan. "Alih-alih terus menyalahkan cuaca atau kondisi geografis, pendekatan yang lebih tepat adalah memahami bahwa banjir pasti terjadi, tetapi dampaknya bisa dikurangi. Hal ini telah menjadi kesepakatan dalam studi kebencanaan melalui pendekatan pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction atau DRR)," kata dia.
Salah satu kesalahan terbesar dalam memahami banjir yakni menganggapnya sebagai masalah lokal semata. Padahal, kawasan yang tergenang banjir merupakan hasil dari perubahan tata guna lahan di tempat lain.
"Kita sering mendengar bahwa deforestasi di daerah hulu meningkatkan limpasan air ke daerah hilir, sehingga debit sungai meningkat dan memperbesar risiko banjir. Dengan prinsip yang sama, jika banjir terjadi di daerah Way Lunik, Panjang, Bandar Lampung, maka seharusnya pemerintah dapat mengidentifikasi daerah mana saja yang berkontribusi besar dalam mengalirkan air ke sana," kata dia.
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
513
Lampung Selatan
2627
Bandar Lampung
2547
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia