Ini kisah nyata juragan kopi asal pelosok Lampung Barat yang tak ingin disebut gagap teknologi alias gaptek. Usai menerima hasil jual kopi di pergudangan Way Lunik, Panjang, Sang Juragan membeli ponsel terbaru di Mal Kartini, Bandar Lampung.
Tak ada masalah. Sejenak Sang Juragan berhalo ria dengan para kerabat. Masalah muncul ketika Sang Juragan pulang kampung di pedalaman Lampung Barat. Ponsel tak berfungsi berhalo-halo. "Wah, saya kena tipu," kata Sang Juragan sambil kesal.
Sang anak yang ikut ke Mal Kartini menyahut, "Itu hape bagus, pulsanya juga baru diisi. Tapi di sini ngak ada sinyal."
"Beli sinyal, itu kopi masih banyak!"
Punya barang mewah namun jarang difungsikan memang bukan hal aneh di Lampung. Ketika panen kopi melimpah dan harga baik, rumah-rumah di pedalaman punya kulkas walau tak ada listrik. Jadi ironi memang kalau survei selalu menempatkan Lampung sebagai provinsi termiskin. Jangankan saya, Bank Indonesia dan Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung yang kerjanya otak-atik data pun bingung atas anomali ini.
Begitulah ketika saya dipilih menjadi narasumber independen feasibility study (FS) Garuda Indonesia yang ingin terbang ke Lampung pada 2006. Kepada saya, tim bertanya layakkah Garuda Indonesia terbang ke Lampung. Berdasarkan cerita juragan kopi itu saya menjawab, "Orang Lampung itu, ada pesawat ya, naik pesawat. Kalau ngak, ya lewat Bakauheni ke Jakarta. Jadi, terbang-terbang aja ke Lampung, ngak usah pake FS-FS-an."
Nyatanya mulai 26 Januari 2017, Garuda Indonesia terbang tujuh kali dari cuma sekali ke Lampung. Sriwijaya Air juga bersiap terbang tujuh kali dan tak lama lagi Lion Group bakal memperkuat armadanya ke Lampung dengan menggandeng adiknya Batik Air. Cobalah iseng ngobrol dengan marketing diler-diler mobil di Lampung. Semua keluaran mobil keluaran baru pasti di-indent sama orang Lampung.
Bagaimana menjelaskan ini dengan peringkat termiskin ketiga di Sumatera? Itu bukan tugas saya. Tapi para pakar ekonomi makro di berbagai kampus, praktisi, birokrasi, dan pakar segala pakar. Tapi sebagai jurnalis saya selalu menjawab fenomena itu dengan rumus, "Orang Lampung itu jangan lihat pendapatannya, tapi lihat pengeluarannya."
Nah, kalau pake rumus itu bisa ketemu buka bisnis di Lampung. Tapi kalau pake teori ekonomi makro, ya itu tadi, ini provinsi termiskin ketiga di Lampung.
Tabik puuunnn....
Amiruddin Sormin
Wartawan Utama
Berikan Komentar
Honda
318
Lampung Raya
351
289
07-Jul-2025
977
07-Jul-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia