Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Harimau Memangsa Petani Kopi, WWF: Makin Banyak Masyarakat Berkebun di Hutan Lindung
Lampungpro.co, 16-Dec-2019

Amiruddin Sormin 2815

Share

Harimau sumatera. LAMPUNGPRO.CO

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Serangan harimau liar yang mematikan petani kopi di Lahat, Sumatera Selatan, ikut membuat petani kopi di Lampung khawatir. Pasalnya, harimau liar juga masih banyak berkeliaran di Lampung. 

Perubahan prilaku hewan buas yang memangsa manusia, menurut Manager Program World Wide Fund for Nature (WWF) South Of Sumatera, Yob Charles, karena jumlah mangsanya berkurang seperti babi, rusa, dan monyet. Demikian juga saat musim kemarau panjang, satwa mangsa bergerak ke areal pertanian, harimau mengikuti gerak satwa mangsa.

Menurut Yob Charles, hingga kini makin banyak berkebun di hutan lindung. "Biasannya harimau akan menghindari manusia, kecuali harimau sudah tua dan tidak bisa berburu. Oleh karena itu, jika bekerja di kebun jangan sendiri, tapi berkelompok dan membawa anjing sebagai erly warning system (peringatan dini). Kalau berjalan di hutan usahakan memakai topeng gambar manusia di belakang kepala," kata Yob Charles, kepada Lampungpro.co, Senin (16/12/2019).

Terkait kebun kopi di hutan lindung, saat in Lampung masih tercatat sebagai penghasil kopi robusta terbesar ke dua setelah Sumatera Selatan dengan produksi mencapai 106,716 ton untuk jenis robusta melalui sistem perkebunan rakyat. Menurut David Purmiasa, Koordinator Program Bestari, pelestarian Habitat Prioritas di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), produksi kopi petani masih rendah.

BACA JUGA: Lagi, Petani Kopi di Kota Agung Lahat Tewas Dicabik-cabik Harimau Liar

Menurut dia, studi kasus di desa yang berbatasan dengan TNBBS menunjukkan satu hektare kebun kopi baru hanya menghasilkan 600 kilogram per tahun. "Dengan harga asalan kopi di tingkat petani Rp16 ribu hingga Rp19 ribu per kilogram, satu keluarga hanya menghasilkan pendapatan kurang dari Rp12 juta per tahun. Demi mendapat penghasilan lebih, masyarakat memilih untuk membuka dan menggarap lahan di kawasan hutan konservasi," kata David, Minggu (15/12/2019).

Di Lampung Barat, misalnya, perkebunan masyarakat tidak hanya berada di kawasan tanah marga, tetapi di kawasan hutan negara. Seluas sekitar 21.900 hektare kawasan TNBBS yang berada di wilayah administrasi Lampung Barat digarap menjadi lahan perkebunan oleh masyarakat. Kondisi ini juga terjadi di kawasan hutan lindung, yakni sekitar 57% dari 39 ribu hektare diolah menjadi perkebunan. (PRO1)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Langka dan Mahal, Distribusi Ngawur Ala Elpiji...

Kalau pupuk dan BBM distribusinya bisa tertutup, harusnya Elpiji...

267


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved