Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Indonesia Incorporated : Konektivitas Pariwisata (opini)
Lampungpro.co, 07-Apr-2017

1018

Share

Ambil contoh Bandara Narita International Airport di Tokyo. Sejak pembangunan ‭runway‬ bandara ini pada tahun 2012-2013, kunjungan wisata ke Jepang naik signifikan dari 8 juta wisatawan, naik 13 juta (2014), dan sekarang sudah mencapai 20 juta.‭ ‬Hal yang sama juga terjadi pada pembangunan Kuala Lumpur International Airport-2 tahun 2014, terminal‭ ‬penumpang-2‭ ‬utama‭ ‬Incheon‭ ‬Seoul‭ ‬Korea‭ ‬ ‭ ‬tahun‭ ‬ 2011,‭ ‬Changi‭ ‬Int‭ ‬Airport. Singapore 2008, pembangunan runway Suvarnabhumi Bangkok dan‭ ‬ ‭re-opening‬ ‭ ‬Don Mueang 2009 di Thailand.

Ketiga‭, ‭multiple brand strategy‬ yaitu dengan cerdas melakukan segmentasi ulang dan‬ kemudian‭ ‬meluncurkan‭ sub-brand‬ baru‭ ‬untuk‭ ‬memperluas‭ ‬pasar.‭ ‬ Saya‭ ‬contohkan Singapore Airlines. SQ awalnya hanya melayani segmen segmen ‭full services‬. Namun ia‭ ‬melihat potensi‭ ‬di‭ ‬segmen-segmen‭ ‬lain‭ ‬ sangat‭ ‬menjanjikan. Maka‭ ‬kemudian SQ meluncurkan beragam ‭sub-brand‬ baru untuk mengisi segmen-segmen yang tak terlayani. SQ sendiri bermain di‭ ‬ ‭full services‬, jarak jauh (‭long haul‬), Silk Air jarak menengah dan ‭full services‬. Kemudian Tiger Air yang ‭narrow body‬ dan Scoot Air yang wide body‭, dua-duanya untuk LCC. ‬

Rintisan ‭multiple brand strategy‬ ‭ ‬yang dijalnkan SQ ini kemudian diikuti oleh maskapai lain di Asia. Jepang punya All Nippon Airway (full service), Air Japan (chartered airlines), ANA Wings (domestik), Air Do (LCC Domestik), Vanilla Air (LCC International). Juga Thailand yang memiliki Thai Airlines untuk yang ‭full service‬ dan Thai Air serta Nok Air untuk LCC.

Belajar dari Jepang
Sengaja‭ ‬saya‭ ‬utarakan‭ ‬pengalaman‭ ‬berharga‭ ‬ ‭ ‬dari‭ ‬ banyak‭ ‬negara‭ ‬di‭ ‬dalam‭ ‬studi UNWTO‭ ‬agar‭ ‬kita‭ ‬ terbuka‭ ‬pikiran‭ ‬dan‭ ‬dari‭ ‬pengalaman‭ ‬ ‭ ‬tersebut‭ ‬kita‭ ‬bisa‭ ‬banyak belajar.‭ ‬Ingat, mereka‭ ‬ ‭ ‬bisa‭ ‬mencapai sukses‭ ‬itu‭ ‬setelah‭ ‬melalui‭ ‬ ‭exercise‬ dan eksperimen‭ yang panjang dan proses jatuh bangun berdarah-darah. Inilah untungnya‬ benchmarking‭, yang babak-belur cukup mereka, kita jangan sampai babak-belur. ‬Seperti pernah‭ ‬disinggung dalam CEO Message #17 tentang Indonesia Incorporated, saya‭ ‬ selalu‭ ‬percaya dengan resep‭ NIH‬ (‭not invented here‬) dari Jack Welch. Kita tak perlu‭ ‬memulai‭ ‬dari‭ ‬nol,‭ ‬karena‭ ‬banyak‭ ‬negara-negara‭ ‬ ‭ ‬lain‭ ‬sudah‭ ‬sukses melakukannya. Tinggal kita pelajari secara mendalam kasus di negara-negara tersebut, kemudian kita lakukan‭ ATM‭: ‭ ‬Amati, Tiru, dan Modifikasi. ‬‬

‭‭Untuk permasalahan‬‬ konektivitas udara dan pariwisata, kita bisa belajar dari kisah sukses Jepang. Beberapa‭ ‬tahun‭ ‬terakhir‭ ‬kenaikan‭ ‬‬wisman‭ ‬ke‭ ‬Jepang‭ ‬itu menakjubkan. Pertumbuhannya bergerak eksponensial nyaris‭ ‬dobel‬, dari 10 juta turis‭ ‬ pada‭ ‬ tahun 2013 melonjak hampir 20 juta di 2015 dan kemudian melonjak lagi menjadi 24 juta pada tahun 2016.

Padahal proyeksi awal mereka angka itu baru akan tercapai di tahun 2023 atau sepuluh tahun kemudian. Bagi Jepang ini adalah rekor pencapaian tertinggi untuk pertama‭ ‬kalinya‭ ‬ ‭ ‬dalam‭ ‬45‭ ‬tahun.‭ ‬Pertanyaannya,‭ ‬mengapa‭ ‬bisa‭ ‬melompat ‭dobel seperti itu? Inilah rahasianya. Pertama‭, Jepang agresif melakukan deregulasi meluncurkan‭ relaxation of visa rule‬.

Mereka membebaskan Visa Kunjungan dari originasi China dan ASEAN sejak 2013. Mereka tahu, bahwa sumber pelanggannya berada di negara-negara terdekat dimana travelling cost‭ murah. Selaras dengan‭ ‬apa ‭yang‭ ‬dilakukan Jepang, kita‭ ‬juga‭ ‬sudah‬ membuat kebijakan yang sama yaitu membebaskan Visa Kunjungan dari 15 negara menjadi 169 negara.

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

24232


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved