Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Nah, Hotel di Ubud Dilarang Pentaskan Kesenian Bali
Lampungpro.co, 19-Feb-2017

Lukman Hakim 1555

Share

BALI (Lampungpro.com): Seluruh hotel di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, dilarang mementaskan kesenian Bali di kawasan perhotelan. Tujuannya, agar wisatawan yang datang ke daerah itu dapat menyaksikan secara langsung asal mulanya tarian tersebut.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, di Denpasar, Sabtu (18/2/2017), mengatakan upaya ini dilakukan agar kesan yang didapat wisatawan yang datang ke Ubud saat menyaksikan kesenian itu lebih nyata di tempat asal mula adanya kesenian tersebut. "Saya mengimbau hotel di Ubud untuk tidak mementaskan tari-tarian di kawasan perhotelan dan menyarankan agar mengajak langsung wisatawan ke desa atau tempat asal mulanya tarian itu digarap seniman Gianyar," kata dia.

Menurut dia, hal ini terbukti mampu mendongkrak lamanya wisatawan tinggal di Bali. Karena, merasa betah berlama-lama tinggal di daerah itu untuk menyaksikan atraksi kesenian yang ada di masing-masing desa setempat.

Seperti misalnya, tarian cak yang asal mulanya dikembangkan di Desa Bedulu, Gianyar. PHRI mengarahkan hotel melalui biro jasa wisata (travel agent) untuk membawa wisatawannya ke tempat itu. Selanjutnya, kesenian barong yang asal mulanya dikembangkan di Desa Pagutan, Batubulan, Gianyar dan tarian legong di Desa Peliatan, yang juga perlu diperkenalkan secara langsung daerah asal mulanya tarian ini. 

"Hal ini lah yang menjadi daya tarik wisatawan datang ke Ubud karena kesenian yang ditunjukkan lebih berkualitas. Sehingga, secara psikologis wisawatan terkesan menyaksikan tarian itu secara riil," kata dia.

Namun, apabila semua pentas kesenian Bali dibuat di hotel, dengan sekaa gong yang tidak memadai jumlah personelnya maka menurunkan kualitas dari kesenian itu, sehingga memperburuk citra kesenian itu. Untuk itu, biarlah kesenian ini disaksikan langsung wisatawan ke daerah asal mulanya kesenian itu, karena semua pasti diuntungkan. Seperti jasa pemandu wisata tetap jalan, transportasi untuk menuju objek wisata tetap beroperasi," kata dia.

Apabila kesenian Bali ini dipentaskan di hotel-hotel, maka wisatawan yang datang ke Pulau Dewata hanya memerlukan waktu satu hari untuk menyaksikan seluruh atraksi yang ada. Dia menambahkan untuk kunjungan wisatawan ke Bali berdasarkan data mengalami peningkatan 22,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan data dari BPS Bali, kata dia, memang terjadi penurunan lamanya wisatawan tinggal di Bali dari 3,9 hari menjadi 3,1 hari atau turun 20,5 persen. Kalau kita lihat selisihnya hanya dua persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa kunjungan wisatawan ke Bali hanya mengalami peningkatan dua persen setiap tahunnya. (*/ANT/PRO2)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya

Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved