LAMPUNG BARAT (Lampungpro.co) : Biji kopi pixel sisa hasil produksi yang kerap diabaikan ternyata menyimpan potensi besar untuk menjadi sumber pendapatan baru. Inilah yang coba dibuktikan tim dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) saat menggelar program pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.
Sasaran kegiatan kali ini adalah Badan Usaha Milik Petani (BUMP) GAPOKTAN Lampung Robusta (GLR), sebuah kelompok tani yang kerap dihadapkan pada permasalahan biji kopi pixel usai panen raya. Selama ini, biji kopi sisa tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan cenderung terbuang.
“Kami ingin mengubah cara pandang petani terhadap biji pixel. Dengan teknik yang tepat, biji ini bisa diolah menjadi kopi bubuk berkualitas yang layak jual,” ujar Kresna Shifa Usodri, S.P., M.Si., Ketua Tim PKM Polinela.
Kresna memimpin tim beranggotakan para dosen dan peneliti berpengalaman Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Polinela, termasuk Dimas Prakoswo Widiyani, S.P., M.P., Supriyanto, S.P., M.Si., Ir. Bambang Utoyo, M.P., Tandaditya Ariefandra Airlangga, S.P., M.Sc., Ir. Made Same, M.P., Ir. Wiwik Indrwati, M.P., Ir. Albertus Sudirman, M.P., Ir. Abdul Aziz, M.P., Sari Rahayu, S.E., M.P., dan Rizki Pratama Putra, S.Pd.
Salah satu fokus utama pendampingan adalah transfer teknologi modifikasi mesin roasting yang dirancang khusus untuk mengoptimalkan pengolahan biji pixel. Peserta diajarkan mengatur suhu, menentukan lama waktu pemanggangan, serta mengombinasikan ukuran biji untuk mendapatkan rasa dan aroma terbaik.
“Dengan suhu stabil dan proses bertahap, biji pixel pun bisa menghasilkan kopi dengan cita rasa yang tak kalah dari biji utama,” jelas Kresna.
Pendampingan ini juga menekankan pentingnya proses pengemasan (packaging) yang tepat serta strategi pemasaran, termasuk pemasaran digital. Tujuannya, produk kopi bubuk dari biji pixel tidak hanya bernilai tambah tetapi juga mampu bersaing di pasar.
Hasil diskusi antara tim Polinela, Direktur BUMP PT. GLR, dan tokoh masyarakat kopi setempat mengungkap fakta bahwa banyak petani belum memahami metode pengolahan yang efektif dan efisien. Inilah yang membuat kualitas kopi bubuk dari biji sisa selama ini belum maksimal.
Selama pelatihan, peserta diajak praktik langsung mulai dari tahap roasting, cupping untuk menilai cita rasa, hingga pengemasan. Kresna menegaskan, salah satu kesalahan umum adalah mengabaikan peningkatan panas meski suhu terlihat konstan, yang berisiko membuat biji gosong.
Direktur BUMP PT. GAPOKTAN Lampung Robusta, Risdiantoni, mengapresiasi langkah Polinela. “Pendampingan ini membuka wawasan kami. Biji yang tadinya tidak terpakai kini bisa menjadi produk bernilai jual, bahkan punya potensi jadi unggulan daerah,” ujarnya.
Dengan pendampingan berkelanjutan, biji kopi pixel di Lampung Barat diharapkan tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi peluang bisnis baru yang memperkuat ekonomi petani. (***)
Editor : Sandy,
Berikan Komentar
Tanpa alternatif pengobatan yang beragam, pasien di Lampung akan...
5868
Bandar Lampung
385
Lampung Selatan
703
171
13-Aug-2025
161
13-Aug-2025
229
13-Aug-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia