Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Jurnalisme Sunyi Flyover MBK
Lampungpro.co, 19-Aug-2017

Amiruddin Sormin 2363

Share

Jurnalis bukanlah sekumpulan cheerleader alias pemandu sorak yang setiap saat harus bertepuk tangan dan bersorak sorai melihat apa pun yang terjadi di depan mata. Juga bukan sekumpulan massa nasi bungkus berslogan 'membela yang bayar'.

Jurnalis harus ikhlas menempuh jalan sunyi ketika melihat ketidakberesan, seperti pembangunan flyover di depan Mal Boemi Kedaton (MBK), Bandar Lampung. Keberpihakan jurnalis jelas yakni kepentingan masyarakat.�

Kalau kemudian beritanya kurang menyenangkan pembuat kebijakan, bukan berarti tidak mendukung. Tapi ada alur dan aturan yang ditabrak. Dan itu semua berisiko terhadap masyarakat. Aturan feasibility study, detail engeneering design, usaha kesehatan lingkungan lingkungan/usaha pengelolaan lingkungan (UKL/UPL) dan amdal lalu lintas, pasti dibuat untuk kepentingan dan keselamatan masyarakat.

Pada poin kepentingan dan keselamatan masyarakat itulah pers berdiri. Meski tak populer dan sunyi di hadapan penguasa.

Bayangkan kalau jurnalis itu cheerleader dan sekumpulan massa nasi bungkus. Kita tidak akan pernah tahu, ternyata hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) desain flyober MBK tidak memperhatikan keselamatan dan keamanan pengguna jalan. Lalu, geometri kemiringan flyover MBK juga salah yakni 6% dan patah dua kali. Seharusnya, kemiringan di bawah 6% dan tidak boleh patah dua kali.

Penghentian sementara pembangunan jelas menunjukkan ada yang salah. Adakah yang berterima kasih kepada jurnalis atas sikap ngotot yang kemudian berhasil menunjukkan kesalahan itu? Jurnalis harus rela sunyi dari pujian, karena tujuannya bukan untuk mendukung siapa-siapa, kecuali keselamatan masyarakat.

Keamanan dan keselamatan seharusnya tak perlu tumbal korban untuk menunjukkan kebijakan yang salah. Tapi paradigma belum berubah. Semua baru terhenyak ketika korban jatuh, sambil berkata dalam hati, "Tuh, gua bilang juga apa."

Jurnalis tak boleh berkata dalam hati dan harus rela menempuh jalan sunyi saat berhadapan dengan penguasa�yang kebelet.


Tabik puuunnnn.....

Amiruddin Sormin
Wartawan Utama

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

4135


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved