JAKARTA (Lampungpro.com)-Selain memiliki kekayaan budaya dan alam yang molek, pariwisata Banten juga sarat dengan muatan wisata sejarah dan religi. Namun, jika potensi saja, tanpa dikembangkan dengan penuh komitmen, tidak bakal maju dan berkembang.
"Karena itu, jika ingin berlari cepat maju, maka tidak ada pilihan lain, kecuali implementasikan dengan baik, semua konsep percepatan pariwisata di Banten," kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Wisata budaya dan religi itu mensyaratkan ada atraksi. Akan menjadi hidup dan berkembang jika disediakan akses yang baik dari originasi atau marketnya, serta amenitas, fasilitas agar customers atau wisatawan merasa nyaman dan kerasan tinggal lebih lama di Banten.
Oleh sebab itu, pemerintah pusat yang diwakili Kemenpar dan pemerintah daerah, serta pengelola tempat wisata sejarah di provinsi itu berembuk untuk membicarakan Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah serta Religi di Hotel Horison Forbis, Cilegon pada 22-24 Maret.
Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah dan Religi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Lokot Ahmad Enda mengatakan, wisata sejarah di Banten menarik karena dari sudut pandang sejarah kawasan itu pernah berjaya karena letaknya strategis membuat kapal-kapal pedagang melewati wilayah ini dan menjadikannya pelabuhan terbesar di Indonesia.
Selain itu, Kesultanan yang mengatur wilayah Banten merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan sebagai sektor utama perekonomiannya. Walhasil, Banten menjadi jalur niaga bagi pedagang dari negara Persia, India, Cina, Vietnam, Filipina dan Jepang.
Meski Kesultanan Banten resmi dihapus pada 1813 oleh pemerintah Kolonial Inggris dengan memaksa Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin turun dari tahta, namun jejak-jejak peninggalannya masih tampak berdiri kokoh hingga saat ini.
Beberapa peninggalan sejarah dan religi tersebut antara lain Menara Masjid Agung Banten, Jejak Sultan Ageng Tirtayasa, Benteng Speekwijk, Keraton Surowowan, Keraton Kaibon serta Vihara Avalokitesvara.
"Namun, faktanya kini pariwisata bukanlah sektor utama dalam pengembangan ekonomi provinsi Banten meskipun sektor hotel dan restoran menyumbang kurang lebih satu triliun rupiah setiap tahunnya," ujar Lokot.
Selain itu, untuk mendukung pengembangan wisata sejarah dan religi di Banten, pemerintah akan menyelenggarakan beberapa even baik yang berskala lokal maupun nasional.
Beberapa faktor menjadi penyebab masih mandegnya pengembangan pariwisata Banten.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten Eneng Nurcahyati mengungkapkan revitalisasi Benda Cagar Budaya menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh pengelola hingga kini.
Hal itu berdampak pada rendahnya minat dan tingkat kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Banten. Sejatinya hal ini sangat ironis sebab Bandar Udara International Soekarno Hatta terletak di Provinsi Banten.
Selain itu, kurang tertatanya pengembangan wisata sejarah dan religi di Provinsi Banten juga menyebabkan rendahnya minat wisatawan untuk berkunjung.
"Para pengelola wisata sejarah dan religi di Provinsi Banten membutuhkan bantuan teknis dan pendanaan untuk merevitalisasi Benda Cagar Budaya yang ada," ujar Eneng.
Hadir dalam acara itu Pengelola Kesultanan Agung Tirtayasa A Wahid, Pengelola Kesultanan Maulana Yusuf TB Faidz, serta tokoh MUI Banten HS Usman.
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4140
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia