LABUHAN RATU (Lampungpro.co): Pihak Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan masyarakat desa penyangga melakukan simulasi cara berwisata di taman nasional tersebut, Sabtu (2/12/2023). Simulasi diadakan untuk mencari format terbaik cara berwisata di TNWK yang akan dibuka kembali untuk umum pada 20 Desember 2023 mendatang.
Simulasi tersebut dipantau langsung oleh Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Kementrian LHK Nandang Prihadi, dan dikawal Kepala Balai TNWK. Menurut Nandang Prihadi, TNWK yang tutup sejak 2020 disebabkan pandemi Covid-19 menjadi sorotan serius dari berbagai pemerhati satwa.
Balai TNWK lalu melakukan pengkajian pengamatan untuk menerapkan bagaiman bentuk wisata yang tepat ke TNWK agar tetap mendukung konservasi. "Maka hari ini kami lakukan simulasi dan melibatkan masyarakat sekitar karena ketika nanti dibuka masyarakat memiliki peran pokok," kata Nandang seperti dikutip SuaraLampung.id (jaringan media mediaLampungpro.co)
Menurut dia, keberadaan TNWK sebagai tempat wisata konservasi bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dari sisi ekonomi. Konsep wisata baru di TNWK nantinya tidak hanya bertumpu pada di Pusat Latihan Gajah (PLG). Pengunjung juga bisa beraktivitas di tempat wisata yang ada di desa yang berdekatan dengan TNWK.
"Di desa, pengunjung bisa melihat gajah gajah di savana, wisata kuliner, wisata agro foresti dan sejenisnya," kata Nandang.
Ke depannya, kendaraan pribadi pengunjung tidak boleh memasuki lokasi wisata PLG. Kendaraan pengunjung akan dipusatkan pada kantong-kantong parkir yang dikelola oleh Bumdes masing masing desa.
Pengunjung akan diantar kendaraan khusus yang dikelola oleh masyarakat desa penyangga yakni Desa Labuhanratu VI, Desa Labuhanratu VII dan Desa Labuhanratu IX. Plt Kepala Balai TNWK Hermawan mengatakan wisata di PLG hanya bisa melihat gajah.
Interaksi yang dilakukan dengan gajah hanya sebatas memberi makan, memandikan gajah dan foto bersama gajah. "Tidak ada lagi atraksi, tidak ada lagi tunggang gajah dan tidak ada lagi kereta gajah. Semua itu ditiadakan karena untuk menerapkan wisata konservasi," jelas Hermawan.
Terkait pengunjung yang akan masuk ke lokasi PLG, pihak desa akan menyiapkan kendaraan dengan sistem antar jemput. Mengenai biaya masuk masih akan dirapatkan masing masing pengurus koperasi desa yang terlibat.
Salah satu pengurus wisata Desa Braja Harjosari, Toni mengaku lebih setuju dengan skema yang diterapkan saat ini karena banyak manfaat positif yang akan dirasakan masyarakat. Manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dengan skema wisata baru TNWK, bisa mendapat keuntungan dari parkir, bisa berjualan di luar PLG, wisata desa lebih mudah dijual oleh pengunjung mancanegara.
"Mudah mudahan skema baru bisa berjalan dan kami bisa mendapat dampak positif setelah 4 tahun lebih TNWK ditutup," ucap Toni. (***)
Editor Amiruddin, Kontributor: Agus Susanto
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1262
Lampung Selatan
3950
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia