Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Candi Cangkuang, Candi Hindu di Tengah Setu
Lampungpro.co, 27-Feb-2018

2257

Share

Candi Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Garut, Candi Cangkuang Candi Hindu di Tengah Setu

GARUT (Lampungpro.com): Selama ini wisata candi lebih identik dengan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun ternyata, Jawa Barat juga memiliki wisata ini.

Namanya Candi Cangkuang. Candi itu merupakan salah satu objek wisata yang cukup populer di Kota Garut Jawa Barat. Candi Hindu itu terletak di Kampung Pulo, Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut. Candi Cangkuang pertama kali ditemukan tahun 1966 oleh tim peneliti. Salah satunya bernama Uka Tjandrasasmita.

Penelitian itu dilakukan berdasarkan laporan dalam buku sejarah. Yaitu mengenai adanya arca Siwa dan makam Muslim di bukit Kampung Pulo. "Awalnya, di Cangkuang ada sebuah arca Siwa dan makam Arif Muhammad. Tidak ada yang menjelaskan tentang candi. Namun, Uka Tjandrasasmita curiga. Karena, kalau ada nama Muhammad sudah jelas nama Muslim, sedangkan Siwa nama dewa dalam agama Hindu," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut, Budi Gun Gun Gumilar.

Budi bercerita, para peniliti kemudian melakukan penggalian dan menemukan pondasi berukuran 4,5x4,5 meter. Selain itu juga terdapat puing-puing candi yang berserakan. Tidak ada keterangan jelas siapa atau kerajaan apa yang membangun candi. Tapi, dilihat dari batuan dan kesederhanaan bentuk, Candi Cangkuang diperkirakan didirikan abad ke-8.

Batuan yang ditemukan tersebut kemudian dikumpulkan, tapi hanya 40 persen puing candi yang terkumpul. Akhirnya, candi dipugar. Puing yang ada ditambah batu. Kemudian dicetak agar mirip dengan perkiraan bentuk aslinya. "Setelah selesai dipugar, candi diberi nama Cangkuang sesuai nama tempat ditemukan. Nama cangkuang diambil dari nama pohon pandan, demikian sejarahnya," kata Kepala Bidang Area Jawa Kemenpar, Wawan Gunawan.

Hingga kini, Candi Cangkuang masih berdiri tegak di sebelah makam Arif Muhammad di Kampung Pulo. Kawasan itu sudah menjadi kawasan cagar budaya. Keberadaan candi Hindu dan makam Muslim yang bersebelahan itu juga menggambarkan keharmonisan umat beragama penduduk setempat. Selain menikmati keindahan alam sekitar yang cukup asri, tak ada salahnya berkunjung ke Kampung Pulo yang juga kampung adat.

Di sana bisa menemukan catatan sejarah pemugaran Candi Cangkuang. Terdapat juga benda-benda peninggalan zaman Hindu dan Islam di Museum Cangkuang. Akses menuju kawasan Candi Cagkuang terbilang mudah. Dari Jakarta, waktu yang tempuh sekitar 4-6 jam. Dengan kendaraan pribadi, rute yang diambil melalui Tol Cipularang keluar di Cileunyi.

Perjalanan dilanjutkan melalui jalur lintas selatan hingga Cagak Nagreg. Ambil jalan ke kanan menuju arah Garut. Selanjutnya ikuti jalan hingga tiba di Alun-alun kecamatan Leles. Beloklah ke kiri, lalu ikuti jalan desa, kemudian Anda akan menemukan kawasan wisata Candi Cangkuang.

Sedangkan dengan kendaraan umum, bisa menumpang bus dari Terminal Lebak Bulus atau Kampung Rambutan menuju Garut yang melewati Cipularang. Dari Alun-alun Kecamatan Leles, perjalanan bisa dilanjutkan menggunakan dua jenis moda transportasi. Yang ingin sensasi berbeda, cobalah naik andong atau delman menuju situs Candi Cangkuang. Harganya terbilang murah, hanya Rp 3 ribu. Jalur yang dilewati merupakan persawahan yang dikelilingi gunung.
 
Sesampainya di lokasi wisata Candi Cangkuang, wisatawan harus membeli tiket masuk sebesar Rp 5 ribu. Menariknya, untuk mancapai candi harus menyebrangi setu. Itu karena Candi Cangkuang berada tepat di pulau. Ada rakit yang bisa ditumpangi dengan membayar Rp 4 ribu per orang.

Ada beberapa penginapan yang dekat dengan setu. Di antaranya Penginapan Syariah & Resto Saricobek di Jalan Raya Situ Cangkuang, Leles. Konsepnya homestay dengan tarif sekitar Rp 150 ribu perhari. Atau Hotel Suminar yang juga relatif murah yaitu Rp 250 ribu.

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1749


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved