Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Catatan: Terminal Rajabasa Bandar Lampung, Pasrah Mati Pelan-Pelan Ditelan Zaman
Lampungpro.co, 17-Apr-2021

Amiruddin Sormin 5546

Share

Terminal Rajabasa Bandar Lampung, saat difoto pada Rabu (3/2/2021). LAMPUNGPRO.CO/AMIRUDDIN SORMIN

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Sempat bergelar terminal paling angker di Sumatera, perlahan pamor Terminal Rajabasa meredup. Memang belum redup sepenuhnya, tapi keangkeran itu tinggal cerita lama. 

Selain gelar angker itu, Terminal Rajabasa yang berada di ibu kota Provinsi Lampung ini pernah menjadi salah satu terminal terbesar dan tersibuk di Sumatera. Terminal ini dibangun untuk menghubungkan Bandar Lampung dengan kota-kota di Sumatera, Jawa, Bali, hingga Lombok.

Pada masa jayanya di era 1980-an hingga awal 2000-an, terminal seluas 12 hektare ini menjadi transit seluruh bus antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Bus yang masuk terminal bisa di atas 200 unit per hari. Itu belum termasuk hari libur dan Lebaran.

Pada saat itu, terminal yang dibangun pada 1984 betul-betul Terminal Tipe A alias Terminal Induk yang  menjadi induk dari semua aktivitas moda transportasi darat. Terminal ini menjadi hub (penghubung) daerah tujuan seiring terbukanya Jalan Lintas Sumatera pada awal 1980-an.

Namun pemadangan itu mulai redup. Jor-joran tiket murah pesawat pada 2005 membuat penumpang jarak jauh tak lagi naik bus. Hantaman juga datang dari maraknya travel gelap antar provinsi. 

Bus yang mampir pun turun drastis. Dari semula di atas 200 unit per hari, perlahan turun ke 140, dan berdasarkan catatan pengelola Terminal Rajabasa, pada Kamis (15/4/2021), dari pukul 20.00-08.00 WIB, kedatangan bus AKAP tinggal enam unit dengan jumlah penumpang 125. 

Keberangkatan bus AKAP juga tinggal lima unit dengan jumlah 109 penumpang. Sedangkan kedatangan bus AKDP delapan unit (52 penumpang) dan keberangkan 18 unit (71 penumpang). 

Belum usai dihantam tiket murah pesawat dan travel gelap, pandemi Covid-19 pun datang. Pandemi yang belum berujung dan pelarangan mudik Lebaran selama dua tahun terakhir, bakal ikut mempercepat matinya terminal yang kini dikelola Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah VI Provinsi Bengkulu dan Lampung, Direktorat Jenderal Perhububungan Darat, Kementerian Perhubungan itu.

Kalau sempat melintas, tengoklah kiri kanan sekitar Terminal Rajabasa. Ratusan kios dan lapak pedagang yang dulu mengepung, kini hilang. Hanya tinggal satu rumah makan padang yang bertahan dari sebelumnya lima yakni RM Kamang di depan terminal. Rumah makan itu pun tinggal menyisakan beberapa gelintir pegawai, karena sebagian dirumahkan.

Sejak diserahterimakan dari Pemerintah Kota Bandar Lampung ke Kementerian Perhubungan pada 2017, Terminal Rajabasa sempat bersolek dengan harapan bisa bangkit lagi. Pemerintah pusat mengucurkan anggaran senilai Rp8 miliar untuk mempercantiknya. 

Namun Terminal Rajabasa tetap melompong. Bus-bus AKAP Sumatera-Jawa terlanjur nyaman punya pul masing-masing di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Bypass) dan beberapa titik di dalam Kota Bandar Lampung. Bus tak lagi masuk terminal, meski tetap bayar retribusi.

Sejumlah bus AKDP saat ngetem di Jalinsum Hajimena, Lampung Selatan, Jumat (16/4/2021). LAMPUNGPRO.CO/SANDY

Bus-bus AKDP pun lebih senang ngetem di luar terminal seperti di seputaran Tugu Radin Intan Hajimena, Lampung Selatan yang tiap bikin macet Jalan Lintas Sumatera, dan Jalan Pramuka dekat flyover. Puluhan pul travel gelap jurusan Lubuk Linggau, Bengkulu, Jambi, Palembang, dan Pekanbaru kini pun bertebaran tak jauh dari Terminal Rajabasa.

Bus-bus AKAP Jawa-Sumatera cuma numpang lewat untuk sekedar bayar retribusi. Kebanyakan penumpang ogah masuk terminal dan lebih memilih menunggu di loket bus 'agen dunia' yang bertebaran di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta.

Pemerintah Provinsi Lampung pun tak lagi melirik Terminal Rajabasa sebagai penunjang transportasi darat. Sejak Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) beroperasi penuh di Lampung mulai 9 Maret 2019, Pemprov Lampung melirik sekitar Kota Baru Jati Agung, Lampung Selatan, sebagai calon terminal baru. 

Kepada Lampungpro.co, Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Rajabasa Tipe-A Provinsi Lampung, Harri Indarto, mengatakan terminal bayangan menjadi pekerjaan rumah (PR) yang belum bisa diselesaikan. "Iya itu salah satu PR dari kita. Sekarang kami fokus dulu dengan larangan mudik ini mungkin nanti setelah ini baru kita bentuk tim untuk menanganinya," kata Harri, Jumat (16/4/2021).

Menurut Harri ada beberapa faktor juga yang menyebabkan Terminal Rajabasa sepi dan banyak bus yang tidak masuk. Pertama terkendala akses jalan masuk dan keluar terminal. Kedua, sejak JTTS beroperasi yang membuat hampir 80% bus masuk tol dan tidak masuk ke Terminal Rajabasa.  

Semua memang akan mati pada waktunya, tapi mati pelan-pelan adalah yang paling menyakitkan. Jika tak ingin jadi kenangan, Terminal Rajabasa harus ditangani secara ekonomi kreatif. Letaknya yang strategis harus menjadi nilai jual dengan mengubah total tampilan yang lebih milenial dengan konsep mix use seperti halnya terminal moderen di kota-kota besar dunia. (AMIRUDDIN SORMIN-JURNALIS)

 

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

24318


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved