Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Ironi Surplus Cabai Lampung, Petani Terjebak Perjudian Harga, HKTI Duga Ada Mafia
Lampungpro.co, 12-Aug-2020

Amiruddin Sormin 1719

Share

Dua warga Trimulyo, Tegineneng, Pesawaran saat mengemas cabai merah dan cabai hijau ke karung, Kamis (6/8/2020). LAMPUNGPRO.CO/AMIRUDDIN SORMIN

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co): Surplus produksi cabai di Provinsi Lampung mulai menuai badai dalam setahun terakhir. Petani mulai galau setelah menanam cabai, apakah modalnya kembali atau tidak. Pasalnya, dalam beberapa musim panen, harga menukik turun tajam. Bahkan, jauh lebih rendah dari perkiraan.

Penelusuran Lampungpro.co di sentra agribisnis cabai, Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Kamis (6/8/2020), menemukan sejumlah ironi di balik angka-angka surplus itu. Kebanggan petani atas komoditas cabai mulai luntur. 

Kenapa mereka masih menamam cabai? "Yah, dah terlanjur. Sebenarnya lahan cabai sudah mulai menyusut. Namun petani tetap berharap harga membaik. Memang bertani cabai ini unik, kalau untung ya lumayan. Kalau rugi bisa nyungsep," kata Imam Royan, petani cabai sekaligus Ketua Kelompok Tani Anggrek 3 Desa Trimulyo, kepada Lampungpro.co.

Petani kini menempatkan cabai itu sebagai komoditas perjudian. "Menang untung, kalah yo...buntung. Dah kadung nanam cabai," kata ujar Imam Royan dengan nada lirih.

Hasil panen cabai besar produksi petani di sini, seperti umumnya petani cabai di Lampung, dibawa pengepul ke berbagai pasar di Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Riau, Riau Kepulauan, hingga ke Sumatera Utara. Menurut Subroto, yang pernah menjadi pedagang cabai antar provinsi di Sumatera, mata rantai perdagangan cabai cukup panjang.

"Dari petani, cabai dibawa pengepul ke bosnya. Lha, bosnya itu ke bos lagi, sehingga bisa lima sampai enam rantai. Bahkan ada bos yang modal dengkul," Subroto.

Akibat panjangnya mata rantai perdagangan itu, tak tahu siapa yang menentukan harga. Dalam waktu sekejap harga tiba-tiba bisa berubah, hanya bermodal 'katanya'. Terlebih ada informasi cabai dari Jawa membanjiri pasar Lampung. "Diinfokan dua ton saja cabai Jawa masuk ke Lampung, harga bisa nyungsep," kata Subroto.

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1264


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved